Ini merupakan gelombang PHK ketiga yang dilalukan Spotify pada tahun ini, seiring dengan upaya perusahaan untuk memangkas biaya sambil berfokus pada perolehan keuntungan.
Dalam pesan kepada karyawan yang diposting di blog perusahaan pada Senin (4/12), CEO Spotify Daniel Ek mengatakan bahwa PHK adalah bagian dari “reorientasi strategis.”
"Spotify telah menggunakan pembiayaan murah untuk mengembangkan bisnisnya dan berinvestasi secara signifikan pada karyawan, konten, dan pemasaran pada tahun 2020 dan 2021," kata postingan blog tersebut, seperti dikutip dari Associated Press, Rabu (6/12).
Postingan tersebut tidak merinci berapa banyak karyawan yang akan kehilangan pekerjaan. Namun juru bicara mengonfirmasi bahwa jumlahnya mencapai sekitar 1.500 orang.
Dalam pernyataannya, CEO mengindikasikan bahwa perusahaannya terjebak ketika bank sentral mulai menaikkan suku bunga tahun lalu, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi.
"Keduanya memberikan tantangan," kata Ek.
“Kami sekarang berada dalam lingkungan yang sangat berbeda. Dan meskipun kami berupaya mengurangi biaya selama setahun terakhir, struktur biaya yang kami perlukan masih terlalu besar,” ujarnya.
Ek mengatakan struktur perusahaan yang lebih ramping akan memastikan profitabilitas Spotify yang berkelanjutan.
Spotify yang berbasis di Stockholm, Swedia, membukukan kerugian bersih sebesar 462 juta euro (sekitar 500 juta dolar AS) selama sembilan bulan hingga September.
Pada Januari 2023, perusahaan mengumumkan bahwa mereka memecat 6 persen dari total staf. Menyusul Juni, mereka memangkas staf sebanyak 2 persen lagi, atau sekitar 200 pekerja, terutama di divisi podcastnya.
Selain Spotify, perusahaan teknologi seperti Amazon, Google , Microsoft, Meta, dan IBM telah mengumumkan ratusan ribu pemutusan hubungan kerja tahun ini.
BERITA TERKAIT: