Bank Dunia dalam laporan terbaru telah menyimulasikan tiga skenario pasokan minyak global jika terjadi gangguan kecil, menengah, atau besar.
Pertama, dampaknya akan terbatas jika konflik tidak meluas. Harga minyak diperkirakan akan turun dari harga saat ini sekitar 90 dolar AS per barel menjadi rata-rata 81 dolar AS per barel tahun depan.
Kedua, dalam kondisi gangguan sedang – setara dengan gangguan yang dialami selama perang Irak – pasokan minyak global yang berjumlah sekitar 100 juta barel per hari akan berkurang sebesar 3 juta hingga 5 juta barel per hari, sehingga mendorong harga minyak mungkin naik sebesar 35 persen.
Ketiga, dalam skenario gangguan besar – sebanding dengan embargo minyak Arab pada tahun 1973 – pasokan minyak global akan menyusut sebesar 6 juta hingga 8 juta barel per hari dan harga dapat naik sebesar 56 persen hingga 75 persen, atau hingga 140 dolar AS menjadi 157 dolar AS per barel, menurut laporan itu.
Indermit Gill, kepala ekonom Bank Dunia, mengatakan invasi Rusia ke Ukraina telah menimbulkan dampak yang mengganggu perekonomian global yang masih berlangsung hingga saat ini.
“Jika konflik meningkat, perekonomian global akan menghadapi guncangan energi ganda untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade – tidak hanya akibat perang di Ukraina namun juga di Timur Tengah,” kata Gill, seperti dikutip dari
Associated Press, Selasa (31/10).
Ayhan Kose, wakil kepala ekonom Bank Dunia, mengatakan harga minyak yang lebih tinggi pasti akan berdampak pada harga pangan yang lebih tinggi.
“Jika guncangan harga minyak yang parah terjadi, hal ini akan meningkatkan inflasi harga pangan yang telah meningkat di banyak negara berkembang sebagai akibat dari invasi Rusia ke Ukraina, kata Kose.
“Meningkatnya konflik terbaru akan meningkatkan kerawanan pangan, tidak hanya di kawasan ini tetapi juga di seluruh dunia," katanya.
Secara keseluruhan, harga minyak telah meningkat sekitar 6 persen sejak awal konflik. Dan emas – komoditas yang cenderung meningkat pada masa konflik – telah meningkat sekitar 8 persen, menurut Bank Dunia.
Beberapa analis skeptis bahwa AS akan mengalami kekurangan minyak dalam jumlah besar, karena produksi minyak Amerika berada pada titik tertinggi sepanjang masa.
Pada acara Bloomberg Kamis pekan lalu, Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan pemerintahan Biden memantau dengan cermat konsekuensi ekonomi dari perang Israel melawan Hamas.
“Sejauh ini, kita belum melihat banyak dampak yang berdampak global, namun jika perang meluas “tentu saja akan ada konsekuensi yang lebih berarti," kata Yellen.
BERITA TERKAIT: