Demikian analisa Ketua Departemen Ekonomi Center for Strategic and International Studies Fajar Hirawan kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (20/10).
"Rupiah melemah tidak ada kaitannya dengan sentimen, namun karena situasi ekonomi global yang terjadi saat ini yang penuh dengan ketidakpastian. Pelemahan rupiah ini juga pada akhirnya direspons BI (Bank Indonesia) dengan menaikkan tingkat suku bunga BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) 25 bps ke 6 persen," kata Fajar
Fajar mengatakan, perlambatan ekonomi global dan kemungkinan tekanan inflasi yang kembali meningkat akibat konflik atau tensi antar negara dan terganggunya
supply chain menjadi salah satu pemicunya.
"Market pasti akan memilih untuk memegang atau demand dolar di situasi yang tidak menentu tersebut," kata Fajar.
"Termasuk momen pemulihan ekonomi AS yang secara perlahan cenderung membaik," imbuhnya.
Akibat dari situasi global itu, kata Fajar, maka BI menaikkan suku bunganya di angka 6 persen untuk menstabilkan nilai rupiah.
"Rupiah melemah sebagai pemicu akhirnya BI menaikkan suku bunga," tutupnya.
BERITA TERKAIT: