Dalam Forum Bisnis Indonesia-Amerika Latin dan Karibia (INALAC), Pahala menekankan perdagangan dan investasi yang menjadi kunci kerja sama.
"Pertama, kami akan memperluas perdagangan dan investasi," katanya, Senin (16/10).
Selama lima tahun terakhir, perdagangan antara Indonesia dan negara Amerika Latin dan Karibia disebut telah tumbuh sekitar 8,9 persen, mencapai 13,10 miliar pada tahun 2022, naik 24,4 persen dari tahun sebelumnya.
Sementara itu, investasi antara Indonesia dengan Amerika Latin dan Karibia senilai 11,30 juta dolar (Rp 177 miliar) pada 2022.
Pahala menuturkan, Indonesia dan kawasan tersebut sudah mempunyai mekanisme yang kuat untuk menjalin kerja sama yang konkret.
Menurutnya, kemitraan strategis dengan Brasil dan Kemitraan Ekonomi Komprehensif dengan Chile harus dimanfaatkan sepenuhnya.
Begitu pula dengan CEPA Indonesia-Mercosur dan CEPA Indonesia-Peru.
“Kita juga harus menjajaki peluang lebih lanjut, termasuk akses pasar yang lebih besar untuk barang-barang berteknologi tinggi dan bernilai tambah tinggi. Dan investasi pada sektor-sektor strategis,” lanjut dia.
Fokus kedua dalam upaya perkuatan kemitraan adalah transisi ke energi terbarukan. Pahala menyoroti bahwa baik Indonesia maupun Amerika Latin memiliki ambisi yang sama untuk beralih ke energi terbarukan dan mencapai emisi nol bersih.
"Indonesia dan Amerika Latin mempunyai ambisi yang sama, untuk beralih ke energi terbarukan, dan mencapai emisi nol bersih," lanjutnya.
Kedua kawasan ini memiliki potensi besar sebagai pusat energi terbarukan, terutama dalam produksi hidrogen hijau.
Indonesia dan Amerika Latin dan Karibia, lanjut dia, juga dapat memainkan peran penting dalam industri kendaraan listrik. Pasalnya, kawasan ini mempunyai cadangan yang melimpah mineral penting, termasuk Nikel, Tembaga, Kobalt, dan Lithium.
“Kita harus berusaha bagaimana kita bisa saling melengkapi, menjadi bagian penting dalam rantai pasokan global, dan berkontribusi pada percepatan transisi energi global," serunya.
Fokus ketiga, kata Pahala, ekonomi digital dan kreatif. Pahala mencatat pertumbuhan teknologi digital yang signifikan di kedua kawasan, dengan potensi menghasilkan hingga triliunan dolar.
“Kami mengalami hal yang substansial pertumbuhan teknologi digital yang berpotensi menghasilkan 1,7 triliun dolar (Rp 26.735 triliun) pada tahun 2030 di Amerika Latin, dan 360 miliar dolar (Rp 5.661 triliun) pada 2023 di Indonesia," terangnya.
Menurut Pahala, baik Indonesia dan Amerika Latin dan Karibia telah menikmati lebih dari 4 persen PDB dari ekonomi kreatif. Hal ini menghadirkan banyak bidang untuk dikolaborasikan, termasuk dalam perkembangan digital dan infrastruktur digital.
Dalam kesempatan tersebut, Pahala membanggakan keberhasilan penyelenggaraan ASEAN-Indo Pacific Forum (AIPF) bulan lalu. Kegiatan di sela KTT ASEAN ini menghasilkan 93 proyek kerjasama senilai 38,2 miliar dolar (Rp 600 triliun), di bidang teknologi digital, energi terbarukan, kesehatan dan sektor strategis lainnya.
“Saya berharap INALAC akan menghasilkan kesuksesan yang sama atau bahkan lebih. Ke depan Indonesia juga akan menjajaki kemungkinan pembentukan Forum INALAC yang terdiri dari tiga pilar, yakni ekonomi, sosial budaya dan isu strategis lainnya," tambahnya.
Ia menutup pidato tersebut dengan mengumumkan Forum Bisnis INALAC yang ke-6 akan digelar di Lima, Peru tahun depan.
BERITA TERKAIT: