Dalam pengumuman pada Jumat (22/9), pemerintah Australia menyebut surplus ini dihasilkan berkat rendahnya tingkat pengangguran dan kenaikan harga komoditas seperti bijih besi, batu bara, dan gas alam.
Berdasarkan laporan yang dimuat
Associated Press, surplus besar itu disebut setara dengan 0,9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Australia, dengan angka positif ini jauh melebihi perkiraan sebelumnya, yang ditaksir hanya sebesar 2,8 miliar dolar (Rp 43 triliun) pada Mei.
Peningkatan ini sangat signifikan dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya yang memperkirakan adanya defisit sebesar 49,9 miliar dolar atau setara dengan 767 triliun rupiah menjelang pemilu pada Mei 2022.
Meskipun demikian, Bendahara Australia, Jim Chalmers, menyatakan bahwa ia tidak berharap akan ada surplus anggaran lagi pada tahun fiskal ini. Hal ini dikarenakan kekhawatiran terkait masalah ekonomi dengan China serta kenaikan suku bunga yang baru-baru ini diterapkan di Australia, yang terus memberikan tekanan pada pertumbuhan ekonomi.
“Saat ini kami tidak mengantisipasi surplus kedua untuk saat ini,” kata Chalmers kepada wartawan.
Saat mengumumkan surplus tersebut, Chalmers mencatat bahwa sejak pemerintahan Partai Buruh yang berhaluan kiri-tengah terpilih tahun lalu, telah tercipta 550.000 lapangan kerja baru.
Data dari Biro Statistik Australia menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di negara tersebut turun menjadi 3,7 persen pada Agustus.
Selain itu, penerimaan pajak perusahaan pemerintah pada tahun fiskal terakhir juga melampaui perkiraan sebelumnya, mencapai 8,1 miliar dolar (Rp 124 triliun), lebih baik dari perkiraan bulan Mei, saat harga batu bara, bijih besi, dan gas alam meningkat, yang sebagian disebabkan oleh invasi Rusia di Ukraina yang memengaruhi harga energi.
Bank sentral Australia juga telah mempertahankan suku bunga pinjaman tetap stabil di angka 4,1 persen dalam tiga pertemuan dewan bulanan terakhirnya. Upaya tersebut menunjukkan bahwa kenaikan suku bunga ke-12 berturut-turut pada Mei kemungkinan akan menjadi kenaikan terakhir untuk sementara waktu.
Australia terakhir mengalami surplus anggaran pada tahun fiskal 2007-08, beberapa bulan sebelum terjadinya krisis keuangan global yang mengguncang ekonomi negara itu, dengan surplus yang berhasil dicapai sebesar 12,6 miliar dolar (193 triliun) atau setara dengan 1,7 persen dari PDB saat itu.
BERITA TERKAIT: