Generasi anak muda masa kini adalah mereka yang lahir pada tahun 1980-an hingga 2000-an atau akrab disebut sebagai generasi millenial yang sangat lekat dengan teknologi informasi dan komunikasi.
Dalam momentum peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-90, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia melalui Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan mempertemukan berbagai tokoh untuk memberikan beragam pandangan bagaimana generasi millenial Indonesia memaknai kembali nasionalismenya dalam Dialog Kebangsaan "Nasionalisme ala Millenial: Sebuah Disrupsi?" yang diselengggarakan di Gedung LIPI, Jakarta, Rabu (31/10).
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan perubahan struktur yang ada di masyarakat, seperti inovasi percepatan mata rantai ekonomi maupun kemudahan dan kebebasan berekspresi.
"Di lain sisi kehadirannya juga menunjukkan adanya beragam tantangan, termasuk dalam interpretasi nasionalisme," jelas Ketua Kelompok Peneliti Kebudayaan dan Multikulturalisme LIPI, Thung Ju Lan.
Hasil penelitian Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI yang dilakukan dalam kurun waktu 2015 sampai 2018 memperlihatkan kehadiran teknologi informasi dan komunikasi memang memungkinkan terciptanya ruang publik baru, namun kemampuan untuk menjangkaunya masih terbatas pada kelas sosial tertentu. "Komunitas-komunitas online lebih mendasarkan pada ikatan-ikatan primordialisme baik etnisitas maupun agama daripada mendiskusikan nasionalisme," jelasnya.
Dirinya juga mengungkapkan, media sosial, seolah-olah membagi masyarakat dalam kotak-kotak yang acapkali memberikan ruang untuk saling menyebarkan kebencian.
Peneliti Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI, Aulia Hadi mengungkapkan kegiatan ini berupaya untuk mengajak masyarakat Indonesia untuk mengartikulasikan ide, pendapat, atau bahkan inovasinya untuk memaknai kembali nasionalismenya di tengah revolusi 4.0.
"Dialog yang rencananya dihadiri 100 peserta yang mayoritas generasi millenial ini akan mendiskusikan disrupsi interpretasi nasionalisme maupun disrupsi struktur sosial, ekonomi, politik dan budaya di tengah revolusi teknologi informasi dan komunikasi," jelasnya.
Menurut Aulia, lewat Dialog Kebangsaan ini masyarakat Indonesia diajak untuk membincangkan kembali konsep tanah air, bangsa, dan bahasa Indonesia dalam konteks hari ini untuk merawat kebangsaan Indonesia yang multikultur sekaligus membangun cita-cita masa depan di tengah pusaran global.
Narasumber yang akan hadir dalam adalah Alissa Wahid (Koordinator Nasional Jaringan GUSDURian), Cania Citta Irlanie (blogger dan mahasiwi UI), Eriyanto (Akademisi UI), Ayu Kartika Dewi (Co-Founder SabangMerauke), Rici Solihin (founder Paprici), Ibnu Nadzir (Peneliti LIPI), dan Ranny Rastati (Peneliti LIPI).
[rry]
BERITA TERKAIT: