Kabar pasokan beras medium mengalami penurunan bukan isapan jempol belaka. Untuk menjaga stabilitas harga, Perum Bulog belakangan ini sudah melakukan operasi pasar.
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog Tri Wahyudi Saleh menyebutkan, Bulog menggelontorkan beras untuk operasi pasar mencaÂpai kisaran 2.500 ton per hari. Diproyeksinya, kebutuhan untuk operasi pasar akan mengalami kenaikan tajam menjelang akhir tahun.
"Melihat tren sebelumnya Desember (2017) dan Januari (2018) bisa 5 sampai 6 ribu ton per hari untuk operasi pasar," ungkap Tri di Jakarta, kemarin.
Menurut Tri, cadangan beras Bulog bisa berkurang sekitar 450 ribu ton dari total stok yang dimiliki saat ini 2,7 juta ton. Sehingga cadangan beÂras Bulog bisa tergerus hingga sekitar 2,2 juta ton. Padahal idealnya, cadangan beras pemerÂintah di Bulog setidaknya 2,5 juta ton atau sesuai dengan konsumsi beras 1 bulan masyarakat Indonesia.
"Analisis kebutuhannya ada dalam rakortas (rapat koordiÂnasi terbatas). Kalau memang dibutuhkan impor atas keputusan pemerintah, Bulog juga akan melakukan tugas itu," terangÂnya.
Direktur Utama Bulog Budi Waseso menegaskan, pihaknya akan memaksimalkan penyeraÂpan beras dalam negeri. "Kalau kita surplus, artinya kita tidak perlu impor. Jadi besok kita bakal lebih kuatkan penyerapan dalam negeri," jelas Buwas-panggilan akrab Budi Waseso saat ditemui di Bontang, Kalimantan Timur, Minggu malam (28/10).
Buwas menuturkan, untuk mengoptimalkan produksi petani, pihaknya akan melakuÂkan pemetaan produksi beras. Menurutnya, daerah yang surÂplus beras, hasil produksinya akan didistribusikan ke wilayah yang mengalami defisit.
"Secara bertahap kita bikin zonanya. Daerah surplus beras, akan dipasok untuk daerah-daerah yang kurang," ujarnya.
Seperti diketahui, pasokan beÂras mengalami penurunan akibat musim panen sudah berakhir. Dan, sejumlah daerah sentra beÂras mengalami kekeringan. Hal itu berdampak pada kenaikan harga gabah dan beras. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tren kenaikan harga beras. Pada bulan Juli 2018 harga beras meÂdium berada di kisaran Rp 9.135 per kilo gram (kg). Angka ini naik pada Agustus menjadi Rp 9.198 per kilogram dan naik lagi pada September 2018 menjadi Rp 9.310 per kg.
Dukung Impor Pengamat pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Khudori meminta pemerintah tidak ragu melakukan impor bila memang stok Bulog menurun.
"Jika cadangan beras Bulog terus turun karena operasi pasar, tidak salah, jika pemerintah kembali melakukan impor untuk mengamankan kebutuhan dalam negeri," imbuhnya.
Apalagi, lanjut Khudori, Bulog masih memiliki sisa penugasan impor beras sebesar 200 ribu ton. Menurutnya, sisa kuota itu bisa digunakan untuk menutupi defisit akhir tahun.
Khudori menambahkan, menurunnya cadangan beras bukan hal yang baru terjadi pada akhir tahun. Sebab siklus itu terjadi setiap tahun.
Desakan kepada pemerintah agar melakukan impor sebelumnya juga disampaikan Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman. Menurutnya, impor beras perlu dilakukan untuk menjaga stok.
Ilman menyarankan impor dilakukan sebelum Januari 2019. Karena, proses pengiriman meÂmakan waktu.
"Pemerintah bisa belajar dari pengalaman impor awal taÂhun ini. Berasnya sampai di waktu yang berdekatan dengan panen raya. Hal ini berakibat pada anjloknya harga beras dan meruginya petani. Kejadian itu jangan sampai terulang lagi," Ilman. ***
BERITA TERKAIT: