Enggar mengatakan, kenaikan harga telur dipicu oleh terus ronÂtoknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang tembus mencapai Rp 14.300. Kenaikan dolar ini berdampak pada harga pakan ayam karena mayoritas bahan bakunya masih impor.
Nah, untuk menekan harga telur, Kemendag akan mengumÂpulkan para pengusaha pakan ternak. "Harga pakan naik kan karena dolar. Kita ingin tahu keÂuntungan penjual pakan dengan kenaikan itu," katanya di Jakarta, kemarin
Kementerian Perdagangan (Kemendag), kata dia, sudah melakukan pertemuan dengan Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) agar harga telur bisa sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET). Kemendag sendiri mematok HET telur Rp 22 ribu per kilogram (kg). Sementara, harga di pasar dijual dari Rp 28 ribu-Rp 30 ribu per kg.
"Kita sudah bicara dengan Pinsar. Mereka beralasan karena harga pakannya naik. KemuÂdian harga anak ayam (
Day Old Chicken/DOC) juga naik," jelasnya
Anggota Komisi VI DPR Lili Asdjudiredja mengatakan, Kemendag selaku kementerian yang mengurusi bahan pokok bisa menjaga stabilitas harga. Jangan malah baru bekerja setelah terjadi kenaikan harga.
"Menteri Perdagangan jangan cuma jadi pemadam kebakaran saja. Dia seharusnya bisa menceÂgahnya," ujarnya.
Menurut dia, kenaikan baÂhan pokok seperti harga telur sangat mempengaruhi daya beli masyarakat. Dampaknya, penjualan telur akan turun dan pedagang akan rugi. "Ekonomi pun bisa terganggu," katanya.
Ke depannya, Kemendag perlu memperkuat lagi sistem penceÂgahannya agar bahan pokok tidak naik turun. Mereka harus menurunkan pegawainya meÂmantau harga bahan pokok di pasar setiap hari.
"Sehingga ketika ada awal geÂjolak kenaikan harga mereka bisa langsung mengatasinya supaya tidak makin liar," tukasnya.
Pengamat ekonomi dari IstiÂtute Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara meliÂhat, struktur pasar perunggasan sangatlah lemah. Kenaikan harga telur bukan saja karena masalah di rantai distribusi, tapi juga di struktur pasarnya sehingga rentan terhadap depresiasi rupiah.
"Pemerintah memang perlu mendorong peningkatan pasoÂkan jagung dan pakan ternak di dalam negeri demi mengurangi kebergantungan impor pakan," ujarnya.
Harga Cabe Lebih MengkhawatirkanKetua Ikatan Pedagang Pasar Tradisional (Ikappi) Abdullah Mansuri mengatakan, usai LebaÂran, harga sejumlah komoditas pangan terpantau mulai terkerek. Gejala kenaikan tertinggi sepanjang sebulan terakhir terjadi pada komoditas daging dan telur ayam, serta cabe rawit.
Berdasarkan data Ikappi, harga cabe merah, daging ayam, dan telur ayam di pasaran masing-masing mencapai Rp 67 ribu per kg, Rp 38 ribu per kg, dan Rp 28 ribu per kg. Kenaikan harga cabe yang menukik itu membuat banyak pedagang pasar mulai mengurangi pasokan penjualanÂnya hingga 50 persen. ***
BERITA TERKAIT: