RI Kudu Genjot Daya Saing SDM

Hadapi Revolusi Industri

Selasa, 20 Februari 2018, 08:33 WIB
RI Kudu Genjot Daya Saing SDM
Foto/Net
rmol news logo Pemerintah diminta untuk meningkatkan kualitas dan daya saing pekerja Indonesia. Sebab, tantangan ke depan kegiatan perekonomian akan banyak menggunakan mesin dan robot.

Founder Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal men­gatakan, revolusi industri ke-4 akan membawa perubahan struktur ekonomi dan sosial karena industri akan banyak menggunakan mesin. Kondisi ini tentu akan banyak orang kehilangan pekerjaan.

"Mengutip McKinsey, pada 2050, ratusan juta orang di dunia akan kehilangan peker­jaan. Paling banyak di China, dengan lebih dari 200 juta orang di sana akan kehilangan pekerjaan," tuturnya dalam acara SUPERMENTOR–21: What the Future Looks Like, di Grand Sahid Jaya Hotel, Ja­karta, Minggu (18/2) malam.

Dalam acara tersebut hadir juga CEO Mayapada Group Dato Sri Tahir, Ceo AirAsia Tony dan CEO Telkomtelstra Erik Meijer.

Dia mencontohkan, pelabu­han Yangshan di Shanghai pada Desember lalu melakukan uji coba terhadap 100 peralatan otomatis, termasuk 50 kend­araan berpemandu otomatis tanpa pengemudi untuk menan­gani muatan. Bahkan, Qianwan Qingdao di China menjadi terminal pelabuhan otomatis pertama di Asia dan pelabuhan tersebut mengurangi jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk menurunkan muatan kapal dari 60 menjadi sembilan.

Selain kehadiran robot, tan­tangan lainnya yang saat ini sudah jelas terlihat adalah bentuk pembayaran digital atau cashless transaction. Dino mengatakan, negara sep­erti Amerika Serikat (AS) saja saat ini 40 persen transaksinya sudah cashless.

Pemerintah harus bijak dalam menghadapi tantan­gan digital itu. Ia meneka­nkan, agar para pelaku usaha tidak terlalu bergantung pada teknologi dan memalingkan perhatiannya terhadap kebu­tuhan lapangan kerja orang di sekitarnya.

"Pemerintah harus mencari keseimbangan dari kegiatan ekonomi, dan pantau berba­gai pelaku usaha untuk tidak hanya mencari keuntungan se­mata. Jangan biarkan banyak orang kehilangan pekerjaan karena terlalu bergantung pada sistem robotik," tukasnya.

Direktur utama perusahaan telekomunikasi Telkomtel­stra Erik Meijer mengatakan, penggunaan teknologi pada lapangan kerja akan mening­katkan keamanan karena men­gurangi risiko kesalahan ma­nusia. Karena itu, pekerjaan yang tersedia selama 10 tahun ke depan akan dibagi menjadi private, seperti praktisi pera­wat, terapis fisik dan penasihat keuangan pribadi, dan sains yang akan mencakup peker­jaan seperti pakar keamanan, pengembang dan insinyur. Sementara itu, pekerja per­akitan, pekerjaan layanan dan pekerjaan administrasi pada akhirnya akan diganti.

"Kita harus sadar akan adanya pergeseran keterampi­lan yang dibutuhkan di era digital untuk mendapatkan peluang dari teknologi dan tidak dikesampingkan," kata Erik. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA