
Capaian tertinggi kontribusi sektor industri pengolahan atau manufaktur (di luar sektor migas) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pasca reformasi terjadi di era Pemerintahan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
"Selama era Gus Dur (2000-2001) dapat dikatakan telah terjadi industrialisasi. Di era Gus Dur terjadi peningkatan angka kontribusi manufaktur terhadap PDB dari 23,8% tahun 2000 ke 25,2% pada tahun berikutnya," kata Peneliti Lingkar Studi Perjuangan (LSP) Gede Sandra mengutip data BPS, Senin (22/1).
Sedangkan selama era Megawati Soekarnoputri berkuasa, tahun 2001-2004, Gede menyimpulkan telah terjadi deindustrialisasi. Hal ini karena angka kontribusi manufaktur terhadap PDB cenderung menurun, dari 24,8% (2002), 24,5% (2003) hingga ke 23,9% (2004).
"Selama era SBY (2004-2014) dapat dikatakan juga telah terjadi deindustrialisasi. Kontribusi manufaktur terhadap PDB terus turun secara signifikan, dari 22,4% (2005) hingga 17,8% (2014)," kata Gede yang juga merujuk data BPS.
Kondisi sama terjadi selama era Jokowi. Sejak Jokowi memimpin 2014 hingga 2017, terjadi stagnasi industri bila tidak ingin dikatakan sebagai deindustrialisasi.
Angka kontribusi manufaktur terhadap PDB pada kuartal ke-3 tahun 2017 sebesar 17,75%, sedikit lebih rendah dari angka tahun 2014 sebesar 17,8%.
"Meskipun, sempat terjadi peningkatan di 2015 sebesar 18,19% dan 2016 mencapai 18,2%," demikian Gede Sandra.
[dem]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: