Selama ini penempatan dana kelolaan pensiunan memang banyak dikelola melalui deposiÂto, karena dinilai aman. Namun, imbal hasil yang diterima sangatÂlah kecil. Pemerintah pun cukup khawatir, jika para pengelola dana pensiun hanya menganÂdalkan deposito. Padahal penÂempatan dana di luar itu melalui instrumen investasi, banyak yang bisa dimanfaatkan.
Bagaimana dengan PT Taspen Persero? Sebagai Taspen peÂrusahaan pelat merah yang mengelola asuransi tabungan hari tua dan dana pensiun, perseÂroan mengaku telah melakukan penempatan dana di instrumen investasi. Bahkan diklaim jauh lebih dari yang diharapkan.
Direktur Utama Taspen Iqbal Latanro mengatakan, pihaknya sudah sejak tahun lalu menÂgubah strategi penempatan inÂvestasinya, dengan mengalihkan sebagian penempatan investaÂsinya di deposito ke sektor inÂfrastruktur maupun properti.
"Kami melihat, investasi pada sektor infrastruktur memiliki potensi keuntungan yang cukup besar. Investasi langsung di inÂfrastruktur ini boleh dilakukan oleh pengelola dana pensiun berdasarÂkan regulasi," ucap Iqbal saat ditemui
Rakyat Merdeka di Bogor, Jawa Barat, akhir pekan kemarin.
Apalagi Iqbal menyebut, tren menurunnya suku bunga deÂposito, menjadikan penempatan investasi menjadi salah satu anÂdalan yang mampu mendorong pendapatan Taspen.
Meski belum merinci porsi tersebut, namun Iqbal bilang, penempatan yang cukup besar di investasi membuat kinerja perseÂroan positif di tahun lalu.
"Tentunya dengan tambahan pendapatan hasil investasi penÂempatan dana di sejumlah portÂfolio investasi, dan penerimaan
fee based income (pendapatan non bunga) dan hasil investasi lainnya, kinerja Taspen tetap positif," imbuhnya.
Iqbal merinci, sepanjang 2017 anaudited, Taspen mencatat keÂnaikan aset yang melewati target 100,28 persen atau naik 15,98 persen menjadi Rp 230 triliun.
Dari segi laba bersih, Taspen juga mengalami kenaikan 188 persen atau sebesar Rp 720 miliar (
anaudited). Kenaikan itu sama dengan 104 persen dari target. Target pendapatan naik karena sesuai dengan program yang dilakukan. Tak hanya itu, di tahun lalu, Taspen juga menÂerima pembayaran premi sebesar Rp 7,8 triliun dan membayar klaim sebesar Rp 9,6 triliun.
"Lebih besarnya klaim dari pembayaran premi kalau dilihat dari asuransi murni tak sehat, tapi kami mampu menopang kekurangannya dari hasil inÂvestasi dan
fee based income," terang eks Bos BTN ini.
Iqbal melanjutkan, dari sisi permodalan Taspen mengalami kenaikan hingga 23,74 persen dan hasil investasi mencapai 10,52 persen. Saat ini, dari sisi tingkat kesehatan, Taspen memperoleh rating AA atau baik. Selain itu, pihaknya juga berperan proyek 20 infrastruktur maupun obligasi.
Di kesempatan yang sama, Direktur Investasi Taspen Iman Firmansyah menambahkan, di tahun lalu nilai investasi Taspen mencapai Rp 208,8 triliun. Taspen sudah sangat banyak melakukan penempatan dana di luar deÂposito. Salah satunya melalui pembiayaan langsung (
direct investment), di mana Taspen ikut memberikan modal langsung pada perusahaan dalam proyek pembangunan infrastruktur.
"Investasi melalui equity senilai Rp 2 triliun atau setara 14 persen di kepemilikan saham Taspen di
Waskita Toll Road (WTR) tahun 2017, dan proyek sebelumnya di jalan tol marga mandala sakti balaraja," terang Iman.
Selain direct investment, samÂbungnya, banyak juga peran Taspen di luar itu, terutama di sektor infrastruktur melalui obliÂgasi, Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) dan saham pada perusahaan yang go public di pasar modal.
Diakui Iman, tahun lalu posisi deposito memang mengalami kenaikan 20 persen dari target 12 persen. Sementara di saham ada tujuh penempatan, pada posisi 2017 tertinggi di angka 15 persen dari portofolio. Investasi langsung masih 1 persen karena belum ada penambahan baru dari WTR. Sementara reksadana 7 persen, KIK EBA sekitar 5 persen dan surat berharga negara (SBN) sekitar 65 persen.
Di tahun ini, Taspen berharap, hasil investasi bisa naik hingga 10 persen dari Rp 208,8 triliun. Selain kenaikan target hasil investasi, komÂposisi portofolio juga berubah.
Deposito dari capaian 20 persen diturunkan ke 10 persen, saham menjadi 15 persen, reksadana diÂnaikkan menjadi 10 persen, KIK EBA tetap 5 persen dan investasi langsung juga naik dari 1 persen ke 3 persen atau sekitar Rp 4,6 triliun. Sementara di investasi lain ditargetkan naik hingga Rp 500 miliar, sehingga total ada penambahan sekitar Rp 2-2,5 triliun di investasi lainnya.
Kenaikan investasi langsung menjadi 3 persen, lanjut Iman, bukan tanpa alasan. MenurutÂnya, kenaikan tersebut sebagai upaya diversifikasi profile dari kewajiban jangka panjang, inÂvestasinya sedikit demi sedikit akan dialihkan ke instrumen investasi berjangka panjang.
"Tapi itu pun
subject to meÂlihat penawaran yang masuk ke perusahaan dan pada hasil due diligence. Sementara ini kita akan fokus ke infrastruktur sepÂerti jalan tol maupun pembangkit listrik," pungkasnya. ***
BERITA TERKAIT: