Direktur Eksekutif DeparteÂmen Komunikasi Bank IndoneÂsia (BI) Agusman mengatakan, kenaikan tersebut dipengaruhi oleh masuknya dana hasil penerÂbitan global bond (surat utang) pemerintah.
Namun hal ini membuat jumÂlah uang beredar di Indonesia menurun sebesar Rp 57,9 triliun atau sekitar 1,1 persen dari Rp 5.224,3 triliun pada Juni 2017 menjadi Rp 5.166,4 triliun pada Juli 2017. Sehingga, uang bereÂdar tumbuh melambat dari 10,3 persen menjadi hanya 9,2 persen secara tahunan pada Juli.
"Berkurangnya jumlah uang beredar juga dipengaruhi oleh meningkatnya penyaluran kredit perbankan," kata Agusman di Jakarta.
Kredit perbankan tembus Rp 4.494 triliun atau tumbuh 7,9 persen secara tahunan pada Juli 2017. Sedangkan, pada bulan sebelumnya, kredit perbankan hanya meningkat 7,6 persen secara tahunan.
Dari data uang beredar BI disebutkan, peningkatan perÂtumbuhan kredit perbankan terjadi pada Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit Investasi (KI), dan Kredit Konsumsi (KK). Penyaluran KMK tumbuh 7,5 persen secara tahunan atau menÂcapai Rp 2.077,3 triliun pada Juli 2017. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan Juni 2017 sebesar 7,0 persen.
"Pertumbuhan KMK terjadi pada kredit yang disalurkan kepada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor konstruksi," terangnya.
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran tumbuh dari 4,4 persen menjadi 5,2 persen secara tahunan pada Juli 2017. SedanÂgkan, sektor konstruksi tumbuh 30,7 persen secara tahunan pada Juli 2017 dari bulan sebelumnya hanya 28,1 persen.
Sementara, KI tumbuh tipis dari 6,1 persen menjadi 6,2 persen secara tahunan. Namun, nilai penyaluran menurun dari bulan sebelumnya, yakni dari Rp 1.113,9 triliun menjadi Rp 1.110 triliun pada Juli 2017. Pertumbuhan KI terjadi pada sektor industri pengolahan serta sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan.
Sedangkan KK tumbuh 10,1 persen dari sebelumnya 9,9 persÂen secara tahunan pada Juni 2017. Namun nilai penyalurannya stagÂnan di angka Rp 1.306,7 triliun. "Pertumbuhan KK terkait dengan pola konsumsi masyarakat yang masih relatif tinggi seiring denÂgan libur sekolah," pungkasnya.
Menyoal ini, Presiden DirekÂtur PT Bank Commonwealth Indonesia, Lauren Sulistiawati menjelaskan, saat ini sekitar 90 persen bisnis Bank CommonÂwealth Indonesia difokuskan untuk segmen UKM dan ritel.
"Sebelumnya kami sempat menjalankan bisnis komersial, namun saat ini sudah dikurangi untuk mengantisipasi risiko kredit bermasalah," ucapnya saat ditemui
Rakyat Merdeka. Tak hanya itu, pihaknya juga meningkatkan layanan kepada nasabah agar semakin mudah melakukan transaksi di bank. Kemudahan ini mulai dari pembuÂkaan rekening hingga pengajuan kredit yang semuanya bisa dilakuÂkan melalui bantuan teknologi.
Direktur Konsumer PT Bank Jabar dan Banten Tbk (BJB) FermiÂyati mengaku, tahun ini pihaknya menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 13-14 persen.
"Memang saat ini segmen yang menyumbang terbesar adalah segmen konsumer. Segmen selanÂjutnya adalah kredit infrastruktur, kredit komersial, kredit UKM dan mikro. Hingga akhir tahun, kami optimis kredit perbankan bisa tercapai," singkatnya. ***
BERITA TERKAIT: