PTDI Ngarep CN-245 Terbang Di 2018

Kamis, 26 Januari 2017, 09:42 WIB
PTDI Ngarep CN-245 Terbang Di 2018
Foto/Net
rmol news logo PT Dirgantara Indonesia (Per­sero/DI) menargetkan pe­luncuran pesawat bermesin baling-baling (turboprop) terbaru, bernama CN-245 pada tahun 2018 yang dapat menandingi pesawat buatan Perancis-Italia, ATR-72.

Direktur Utama PTDI Budi Santoso mengatakan, perse­roan telah melaporkan rencana pembuatan pesawat tersebut ke Kementerian BUMN (Ba­dan Usaha Milik Negara) dan tengah mengajukan proposal kerja sama dengan perusahaan pesawat asal Perancis, Airbus untuk memproduksinya.

"Kami sudah laporkan pro­gresnya ke Menteri Rini Soe­marno. Saat ini, masih tahap desain. Kami targetkan 2018 bisa terbang," ujarnya di Ja­karta, kemarin.

Menurutnya, kerja sama dengan Airbus perlu dilakukan guna memudahkan perusa­haan mendapatkan sertifikasi keamanan pesawat dari EASA (European Aviation Safety Agency).

Sekalipun begitu, ia memas­tikan desain pesawat murni ide dari Indonesia.

Dikatakannya, Airbus mendukung penuh rencana terse­but. Sebab, sekitar 80 persen komponen pesawat ini sama dengan tipe sebelumnya, yakni CN-235 dan CN-295. Perbe­daannya, kata dia, hanya dari segi kapasitas yang lebih besar serta perbedaan pada ekor pesa­wat. "Jumlahnya lebih banyak, bisa sampai 50 penumpang. Kami membuat desainnya dan dibantu Airbus yang permoho­nan sertifikasinya dari EASA," katanya tanpa merinci lebih de­tail jumlah produksi awalnya.

Lebih lanjut dijelaskan­nya, ada tambahan kapasitas. Rencananya, pesawat ini akan dipasarkan untuk penerban­gan komersil Sehingga bisa menjadi pesaing bagi pesawat berkapasitas kecil milik peru­sahaan lain, seperti ATR-72, buatan Perancis-Italia.

Meski begitu, Budi men­gakui, kapasitas penumpang CN-245 masih lebih sedikit dibanding ATR-72 yang memi­liki kapasitas sebanyak 70 penumpang. Ia menilai, Afrika dan Timur Tengah merupakan pangsa pasar potensial yang akan dibidik perseroan.

Pasalnya, kedua kawasan tersebut cukup membutuhkan ketersediaan pesawat. "Pasar yang paling baik itu di Timur Tengah. Kalau Afrika, itu pasar baru. Karena bisa dibilang dulu, negara Afrika mungkin nggak mampu beli pesawat baru, sekarang sudah bisa beli pesawat baru," ungkapnya.

Ia optimistis untuk masuk ke segmen pasar di Timur Ten­gah. Sebab, DI mampu me­menuhinya karena disesuaikan keinginan konsumen. Ia men­contohkan, pihaknya pernah mengirim pesawat untuk pasar Thailand yang menginginkan pesawat VVIP.

"Kami buat sesuai keingi­nan, mau modifikasi seperti apa? Contoh, Thailand mau­nya VVIP. VVIP itu bisa dua versi. Bisa pakai penumpang biasa, bisa dipakai medical. Jadi satu pesawat dengan berbagai konfigurasi. Kalau pabrik besar kan sudah males ngerjainnya," terangnya.

Ia menambahkan, pihaknya juga akan memberikan harga khusus bagi swasta yang ber­minat terhadap produk ba­runya. Berbeda, jika dijual kepada pemerintah.

"Agak beda bagi kami men­jual ke pemerintah atau swasta. Kalau swasta itu harga paling penting. Kalau pemerintah, performance paling penting. Kegunaan yang paling pent­ing," tandasnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA