Namun begitu, Ketua Panitia ‎Nia Sjarifudin mengatakan bahwa lomba ini tak berhubungan langsung dengan pilkada DKI. Ini mengingat lomba sudah disusun dan diumumkan ke publik jauh hari sebelum meledaknya kasus video Ahok mengutip surat Al Maidah dan fatwa MUI soal gubernur muslim.
"Lomba ini lahir karena prihatin semakin jauhnya Indonesia dari cita cita yang dibangun oleh founding fathers. Apalagi, diskriminasi terutama atas dasar agama telah mewarnai ratusan perda dari Aceh hingga Papua," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Jumat (14/10).
Dijabarkan Nia bahwa lomba ini ingin mensimulasi agar masyarakat melakukan gerakan counter culture, yaitu sebuah gerakan yang kembali kepada semangat Sumpah Pemuda dan keberagaman Indonesia.
"Itu sebabnya lomba ini dibuat sekaligus untuk merayakan Sumpah Pemuda, Hari Toleransi dan Hari Hak Asasi," sambungnya.
Lomba berbentuk esai, poster digital, dan video pendek yang mengekspresikan gagasan keberagaman. Total hadiah sebesar Rp 101 juta. Karya dipubliskasi di laman
Inspirasi.co dan ditutup di akhir November 2016.
Nia meminta kepada para peserta lomba untuk menjadikan karya budaya Denny JA sebagai rujukan dalam lomba ini. Pasalnya, sejak lima tahun terakhir, Denny JA telah menggagas gerakan budaya untuk Indonesia tanpa diskriminasi.
"Ia membuat film layar lebar, film pendek, 25 buku puisi, lagu, teater, hingga lukisan. Semua menyuarakan spirit agama yang ramah dan mimpi Indonesia tanpa diskriminasi‎," pungkasnya.
[wid]
BERITA TERKAIT: