Dirjen Industri Agro KemenÂperin Panggah Susanto mengaÂtakan, kebutuhan bahan baku susu segar dalam negeri (SSDN) untuk susu olahan mencapai 3,8 juta ton. Sementara, pasokan bahan baku susu segar dalam negeri hanya mampu mensuplai 798 ribu ton saja.
Selebihnya, kata Panggah, industri pengolahan susu harus mengimpor bahan baku susu segar dalam bentuk Skim Milk Powder, Anhydrous Milk Fat, dan Butter Milk Powder dari berbagai negara, seperti AusÂtralia, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
"Hal tersebut merupakan peluÂang dan sekaligus tantangan bagi usaha peternakan sapi perah di dalam negeri untuk meningkatkan produksi dan mutu susu segar seÂhingga secara bertahap kebutuhan bahan baku susu untuk industri dapat dipenuhi dari dalam negeri," ujar Panggah, kemarin.
Di samping itu, tingkat konÂsumsi susu per kapita masyarakat Indonesia saat ini rata-rata 12,10 kilogram (Kg) per tahun setara susu segar. Tingkat konsumsi tersebut masih di bawah negara-negara ASEAN lainnya seperti Malaysia yang mencapai 36,2 kg per tahun, Myanmar 26,7 kg per tahun, Thailand 22,2 kg per tahun, dan Filipina 17,8 kg per tahun.
"Rendahnya konsumsi per kapita tersebut menunjukkan, pasar untuk industri pengolahan susu ini masih sangat terbuka dan menjadi peluang usaha peÂternakan sapi perah dan kopÂerasi susu untuk meningkatkan produksi susu," papar Panggah.
Untuk meningkatkan produksi susu, Panggah mendorong indusÂtri pengolahan susu untuk menjaÂlin kerja sama dengan peternak sapi perah dalam negeri. Program kemitraan ini untuk meningkatÂkan daya saing industri susu.
"Daya saing akan meningkat karena pasokan bahan baku susu segar terjamin," ujarnya.
Selain itu, kerja sama ini juga menguntungkan para peternak. Antara lain pendampingan menÂgenai manajemen produksi susu, perbaikan sarana dan prasaÂrana produksi, serta peningkatan kualitas dan produktivitas susu yang dihasilkan.
Direktur Sustainability AgriculÂture Development & Procurement PT Nestle Indonesia Wisman Djaja mengatakan, mengembangÂkan program kemitraan dengan 27 ribu peternak sapi perah di Jawa Timur untuk meningkatÂkan pasokan susu. Program ini telah meningkatkan penyerapan produksi susu sebesar 500 ribu liter setiap harinya untuk diolah di pabrik susu Kejayan.
Menurut dia, model kerja sama ini telah berhasil memastikan Nestle mendapatkan pasokan bahan baku yang berkualitas dari peternak. Pada saat yang sama, peternak akan mendapatÂkan kemudahan akses pasar yang diperlukan untuk meningkatkan pendapatan.
Sebelumnya, berdasarkan Data yang dirilis oleh OrganÂisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) yang dilansir
Bloomberg menyebutkan, sepanjang SepÂtember harga susu melonjak 14 persen. Kenaikan ini tertinggi sejak November 2009.
Peningkatan harga ini diÂakibatkan ekspektasi penuÂrunan produksi susu di Uni Eropa dan pasokan produksi di Oceania. "Hal ini akhirnya mengakibatkan ketersediaan ketat untuk ekspor," tulis laporan tersebut. ***
BERITA TERKAIT: