Industri Pengolahan Susu Terpaksa Impor Bahan Baku

Selasa, 11 Oktober 2016, 09:14 WIB
Industri Pengolahan Susu Terpaksa Impor Bahan Baku
Foto/Net
rmol news logo Peternak Lokal Cuma Bisa Pasok 798 Ribu Ton Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan, industri pengolahan susu masih bergantung pada bahan baku impor. Sebab, pasokan susu se­gar dalam negeri masih terbatas. Sungguh menyedihkan.

Dirjen Industri Agro Kemen­perin Panggah Susanto menga­takan, kebutuhan bahan baku susu segar dalam negeri (SSDN) untuk susu olahan mencapai 3,8 juta ton. Sementara, pasokan bahan baku susu segar dalam negeri hanya mampu mensuplai 798 ribu ton saja.

Selebihnya, kata Panggah, industri pengolahan susu harus mengimpor bahan baku susu segar dalam bentuk Skim Milk Powder, Anhydrous Milk Fat, dan Butter Milk Powder dari berbagai negara, seperti Aus­tralia, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.

"Hal tersebut merupakan pelu­ang dan sekaligus tantangan bagi usaha peternakan sapi perah di dalam negeri untuk meningkatkan produksi dan mutu susu segar se­hingga secara bertahap kebutuhan bahan baku susu untuk industri dapat dipenuhi dari dalam negeri," ujar Panggah, kemarin.

Di samping itu, tingkat kon­sumsi susu per kapita masyarakat Indonesia saat ini rata-rata 12,10 kilogram (Kg) per tahun setara susu segar. Tingkat konsumsi tersebut masih di bawah negara-negara ASEAN lainnya seperti Malaysia yang mencapai 36,2 kg per tahun, Myanmar 26,7 kg per tahun, Thailand 22,2 kg per tahun, dan Filipina 17,8 kg per tahun.

"Rendahnya konsumsi per kapita tersebut menunjukkan, pasar untuk industri pengolahan susu ini masih sangat terbuka dan menjadi peluang usaha pe­ternakan sapi perah dan kop­erasi susu untuk meningkatkan produksi susu," papar Panggah.

Untuk meningkatkan produksi susu, Panggah mendorong indus­tri pengolahan susu untuk menja­lin kerja sama dengan peternak sapi perah dalam negeri. Program kemitraan ini untuk meningkat­kan daya saing industri susu.

"Daya saing akan meningkat karena pasokan bahan baku susu segar terjamin," ujarnya.

Selain itu, kerja sama ini juga menguntungkan para peternak. Antara lain pendampingan men­genai manajemen produksi susu, perbaikan sarana dan prasa­rana produksi, serta peningkatan kualitas dan produktivitas susu yang dihasilkan.

Direktur Sustainability Agricul­ture Development & Procurement PT Nestle Indonesia Wisman Djaja mengatakan, mengembang­kan program kemitraan dengan 27 ribu peternak sapi perah di Jawa Timur untuk meningkat­kan pasokan susu. Program ini telah meningkatkan penyerapan produksi susu sebesar 500 ribu liter setiap harinya untuk diolah di pabrik susu Kejayan.

Menurut dia, model kerja sama ini telah berhasil memastikan Nestle mendapatkan pasokan bahan baku yang berkualitas dari peternak. Pada saat yang sama, peternak akan mendapat­kan kemudahan akses pasar yang diperlukan untuk meningkatkan pendapatan.

Sebelumnya, berdasarkan Data yang dirilis oleh Organ­isasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) yang dilansir Bloomberg menyebutkan, sepanjang Sep­tember harga susu melonjak 14 persen. Kenaikan ini tertinggi sejak November 2009.

Peningkatan harga ini di­akibatkan ekspektasi penu­runan produksi susu di Uni Eropa dan pasokan produksi di Oceania. "Hal ini akhirnya mengakibatkan ketersediaan ketat untuk ekspor," tulis laporan tersebut. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA