Investasi pabrik dengan kapaÂsitas produksi 30 ton per tahun ini sebesar Rp 132 miliar, dan dilakuÂkan dengan sistem
Joint Venture (JV) bersama PT Sungwun PharÂmacopia Indonesia perwakilan dari Sungwun Pharmacopia Co. Ltd dari Korea Selatan.
Diungkapkan Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk Rusdi RosÂman, Kimia Farma menjadi pilot project industri bahan baku obat di Indonesia.
"Sejak merdeka pada 17 Agustus 1945, Indonesia belum memiliki pabrik bahan baku obat sendiri. Bahan baku obat kita 100 persen masih tergatung dari impor China dan India, ini kan miris," kata Rusdi saat groundbreaking pabrik Kimia Farma di Cikarang, Jawa Barat, kemarin.
Ia melanjutkan, saat ini Indonesia memiliki kebutuhan bahan baku obat sebanyak 2.200 item.
Dengan dibangunnya pabrik Kimia Farma ini, perseroan menargetkan bisa memproduksi 50 persen kebutuhan bahan baku obat nasional dalam 10 tahun kedepan.
"Tahap awal kita produksi untuk 15 item dan terus ditingÂkatkan sampai 20 item. Target dalam 10 tahun, kita bisa penuhi 50 persen kebutuhan nasional," lanjutnya.
Dengan hadirnya pabrik bahan baku obat ini, harga obat dalam negeri diharapkan juga bisa ditekan.
Dilanjutkannya, dalam pemÂbangunan pabrik ini, Kimia Farma menggandeng Sungwun Pharmacopia Co. Ltd sebagai mitra karena perusahaan tersebut memiÂliki teknologi untuk memproduksi Bahan Baku Obat (API).
Selain itu, Sungwun juga berÂsedia melakukan alih teknologi dan alih pengetahuan tentang produksi Bahan Baku Obat, dengan memberikan training di Korea Selatan selama 1 (satu) tahun untuk seluruh SDM yang bekerja di pabrik, yang akan dimulai akhir tahun ini.
"Dengan porsi saham 70 persen untuk Kimia Farma, mereka memberikan jamiÂnan pembelian produk dengan sistem
take or pay, atas seluruh hasil produk yang dihasilkan, karena mereka telah memiliki jaringan pasar yang cukup luas yaitu di Jepang dan Amerika," sambung Rusdi.
Didukung MenkesMenteri Kesehatan Nila F Moeloek yang hadir di acara tersebut menambahkan, dengan adanya alih teknologi dan alih pengetahuan ini, diharapkan InÂdonesia ke depan dapat memiliki kemampuan untuk mengemÂbangkan bahan baku obat secara mandiri.
"Indonesia juga harus bisa melakukan riset dan pengembangan, khususnya untuk pengemÂbangan Bahan Baku Obat," ujarnya.
Kementerian Kesehatan, kata Nila, akan mendorong industri farmasi nasional untuk terus mengembangkan pabrik bahan baku obat secara mandiri. Hal itu tertuang dalam Instruksi Presiden (Inpres) No.6/2016 tentang Percepatan PengembanÂgan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan
"Apa yang terjadi kalau tidak bisa membuat bahan baku obat sendiri. Akhrinya masyarakat yang tertimpa dampaknya dan tingkat kematian meningkat. Kita harus buat bahan baku obat dalam negeri. Tentunya juga baÂhan baku herbal dan suplemen," katanya.
Pabrik baru Kimia Farma ini berlokasi di Jl. Angsana Raya Blok A 06 001, Delta SiliÂcon 1, Kawasan Industri Lippo Cikarang, dengan luas 5.000 meter persegi dari 6 hektare yang disediakan. Nilai investasi yang dikeluarkan di luar tanah sekitar Rp132 miliar.
Adapun jenis bahan baku obat yang akan diproduksi delapan item, antara lain Simvastatin, Atorvastatin, Rosuvastatin, Pantoprazole, Esomeprazole, Rabeprazole, Clopidogrel dan Sarpogrelate dengan total kaÂpasitas produksi 30 ton per tahun. ***
BERITA TERKAIT: