Rini menyebut, saat ini bisnis yang dijalankan PT KAI hanya fokus mencari keuntungan dari penÂjualan tiket kereta saja. Padahal banyak peluang yang bisa digarap untuk mengembangkan bisnis dari sisi lainnya, termasuk pemanfaaÂtan aset yang terbengkalai.
"KAI banyak aset yang didiÂamkan, mungkin mereka lupa. Padahal kalau dioptimalkan, akan sangat bermanfaat untuk bisnis KAI. Makanya saya dorong untuk mengoptimalisasi asetnya," sentil Rini.
Dipaparkannya, saat ini aset KAI juga banyak yang menyusut, khususnya jalur kereta api. Ia menjelaskan, jalur kereta api di Indonesia memiliki panjang sekitar 7 ribu kilometer ketika diÂambil dari perusahaan Belanda.
"Namun saat ini menyusut menÂjadi lima ribu. Seharusnya, ke deÂpan bisa jadi 10 ribu dan KAI bisa memodernisasi perkeretaapian kita dengan terjun menjadi operaÂtor kereta listrik dan kereta cepat. Jalur-jalur yang tidak terpakai di hidupkan lagi, jalur yang sudah terlalu padat juga harus dibuatkan alternatif baru," kata Rini.
Menurut Rini, upaya mengopÂtimalisasikan jalur kereta api dengan mengaktifkan kembali jalur yang mati. Satu di antaranya jalur Bandung-Ciwidey yang diharapÂkan bisa aktif kembali pada akhir tahun nanti. "Reaktifasi ini menjadi lebih mudah dan cepat kita dapat jalur kereta api yang bermanfaat bagi masyarakat," kata Rini.
Ia juga menugaskan PT KAI agar bisa mencari keuntunÂgan dari pengembangan aset miliknya. Dengan begitu, kata Rini, KAI bisa segera melakuÂkan modernisasi tanpa menganÂdalkan dari penjualan tiket.
"Jangan hanya mengandalkan pemasukan dari penjualan tiket saja. KAI kan bisa mengemÂbangkan potensi pengangkutan barang, dalam arti gerbong baÂrang ditambah sehingga pemasuÂkan bertambah," kata Rini.
Vice President Public RelaÂtions PT KAI Agus Komarudin mengatakan, saat ini KAI terus melakukan pembenahan aset yang belum teroptimalkan dengan baik.
"Memang ada beberapa aset kita yang belum dioptimalkan dan sedang kita dorong untuk dimanfaatkan, jumlah aset yang kita miliki saat ini sekitar 270 juta meter persegi, ada yang berupa tanah dan tanah beserta banguÂnan, namun bukan berarti harus optimalkan seluruhnya," kata Agus kepada
Rakyat Merdeka.Ia menjelaskan, sebagian besar dimanfaatkan oleh KAI karena bentukanya berupa aset yang ditempati, seperti perkantoran maupun perumahan pegawai dan non pegawai. Ada juga aset berupa jalur kereta api, namun ada sebagian yang kini dikuasi oleh masyarakat.
Ia melanjutkan, untuk jalur-jalur yang sempat mati, juga sudah mulai di hidupkan oleh PT KAI, seperti jalur Bogor-Sukabumi.
"Ada juga jalur Rancaekek-Tanjungsari sepanjang 11,5 kilometer yang kembali dihidupÂkan. Kedepan akan kita buka kembali, namun harus koordiÂnasi dulu dengan Kemenhup, karena otoritasnya disana. Kita juga terus tingkatkan pelayanan, salah-satunya dengan penerapan sistem check-in untuk penumpang. Sistem ini bisa mengatasi peredaran diduga tiket palsu atau tiket asli tapi palsu," ujarnya.
Pengamat transportasi dari Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Azas Tigor Nainggolan mengatakan, KAI harusnya bisa memanfaatkan aset-aset ngangÂgur agar tidak hanya menganÂdalkan penjualan tiket untuk kelangsungan bisnis kereta api.
"Banyak jalur mati yang paÂdahal kalau dihidupkan saat menguntungkan. Dulu rute Bogor-SuÂkabumi mati, padahal peminatnya bagus, begitu juga Rangkas BiÂtung, Banten, Bandung-Ciwidey, Bandung-Garut, selain mengunÂtungkan KAI juga berperan mengurangi kemacetan," kata Azaz kepada
Rakyat Merdeka.Iapun meminta Kementerian BUMN melakukan audit terkait aset-aset KAI yang masih terÂbengkalai. Jangan sampai aset ini justru hilang dan akhirnya malah merugikan negara.
"Di daerah Jawa itu banyak rel yang tertimbun, aset KAI itu suÂdah banyak yang berubah fungsi. Kalau tidak segera di audit dan dibenahi, aset KAI bisa makin habis. Padahal, saat ini untuk buka jalur baru, butuh modal besar, kenapa jalur yang sudah ada tidak dirawat dan malah terÂbengkalai, manajemennya harus dibenahi ini," tegasnya. ***
BERITA TERKAIT: