Omset Garuda Indonesia di triwulan II-16, bahkan mengalamai kerugian mencapai US$ 63.190,972. Hal ini dihitung dari pendapatan usaha sebesar US$ 1,764,003,595 sementara beban usaha sebesar US$ 1,812,934,041.
Menurut Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu, Arief Poyuono, penurunan tersebut terjadi karena ada kesalahan dari management pengoperasian Garuda Indonesia.
Oleh karenanya, sudah saatnya Garuda restrukturisasi untuk memperbaiki penurunan omset tersebut. Apalagi, saat ini persaingan di dunia penerbangan sangat ketat.
"Bisnis penerbangan ini punya hubungan yang kuat dengan ekonomi dunia. Dalam 3 tahun ini kan terjadi pelembatan ekonomi dunia dan domsitek," kata Arif saat dihubungi, Rabu malam (7/9).
Selain manajemen, lanjut dia, direksi yang tidak optimal juga harus diganti.
"Startegi awal mungkin merubah menjadi
low cost carrier. Untuk menarik pasar yang memang sekarang cenderung ke pesawat
low cost carrier," jelasnya.
Arief menambahkan, tarif sewa pesawat juga harus ditekan. Caranya, dengan melakukan pembicaraan ulang.
"Semua harus dirubah, agar Garuda bisa tetap berdiri dan menjadi pesawat kebanggaan Indonesia," tandasnya.
[sam]
BERITA TERKAIT: