Investor Telekomunikasi Dan Farmasi Singapura Minat "Benamkan" US$ 165 Juta

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Senin, 07 Desember 2015, 15:15 WIB
Investor Telekomunikasi Dan Farmasi Singapura Minat "Benamkan" US$ 165 Juta
ilustrasi/net
rmol news logo Kunjungan kerja Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal ke Singapura akhir pekan lalu (4/12) berhasil mengantongi minat investasi 165 juta dolar AS.

Minat investasi tersebut berasal dari dua sektor yakni telekomunikasi senilai US$ 150 juta dan farmasi sebesar US$ 15 juta. Investor Singapura di bidang farmasi tersebut diarahkan memanfaatkan layanan izin investasi 3 jam di BKPM.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Franky Sibarani, menyampaikan bahwa dari hasil pertemuan one-on-one meeting yang dilakukan di Singapura tercatat minat investasi dari sektor farmasi sebesar US$ 15 juta.

"Investasi dari sektor farmasi ini akan diarahkan untuk memanfaatkan layanan izin investasi 3 jam di BKPM," katanya dalam keterangan resmi pada pers, Senin (7/12).

Menurut Franky, perusahaan farmasi itu memiliki database di India dengan tenaga kerja mencapai 12.000 di seluruh dunia. Perusahaan itu juga didukung oleh 600 peneliti dengan penetrasi produk yang telah dipasarkan di 18 negara Eropa dan lebih dari 30 negara di dunia.

"Produknya melindungi sel yang tidak kena kanker tetap hidup dan menjadikan sel kanker sebagai target untuk dimusnahkan," paparnya.

Lebih lanjut, Franky menjelaskan investor potensial tersebut merupakan perusahaan pertama di dunia yang memulai nano technology di bidang farmasi.

"Indonesia dipilih karena merupakan pasar yang besar ditambah ASEAN," ungkapnya.

Indonesia sendiri, menurut Franky  membutuhkan investasi di bidang farmasi untuk mendorong transfer teknologi. Namun demikian, perusahaan juga menyampaikan beberapa catatan terkait rencana investasi di Indonesia.

"Concern terbesar perusahaan adalah izin dari kementerian teknis yang dinilai cukup memakan waktu. Oleh karena itu, BKPM mendorong pemanfaatan layanan 3 jam karena di atas US$ 8 juta," ungkapnya.

Kegiatan kunjungan Kepala BKPM dilakukan untuk menandatangani Nota Kesepahaman dengan UOB Bank. Selain itu, Kepala BKPM melakukan pertemuan dengan lima perusahaan Singapura yang tertarik menanamkan modalnya di Indonesia. Kunjungan tersebut didukung penuh Kedutaan Besar Republik untuk Indonesia di Singapura. Hadir Duta Besar RI untuk Singapura Andri Hadi dalam penandatanganan Nota Kesepahaman dengan UOB.

Singapura merupakan salah satu sumber FDI terbesar di Indonesia. Dari catatan BKPM, sejak tahun 2010 hingga kuartal ketiga tahun 2015, FDI dari Singapura mencapai hampir US$ 30 miliar yang terdiri dari 6.868 proyek. Jumlah tersebut merupakan kontribusi dari beberapa sektor di antaranya sektor transportasi, pergudangan dan telekomunikasi, pertanian dan perkebunan, pertambangan, industri makanan, industri mineral dan bukan metal, serta ketenagalistrikan, gas dan air.
 
Dari data yang dirilis oleh BKPM periode Januari-September 2015, Singapura merupakan negara dengan peringkat teratas dengan nilai investasi mencapai US$ 3,5 miliar, kemudian disusul dengan Malaysia US$ 2,9 miliar, Jepang  US$ 2,5 miliar, setelah itu Korea Selatan US$ 1,0 miliar dan Belanda US$ 0,9 miliar. [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA