Namun anggota Komisi XI DPR Donny Priambodo menyebutkan tak ada yang perlu dicemaskan terkait krisis di Yunani. Para pelaku usaha tidak perlu khawatir krisis utang Yunani akan berdampak sistemik ke Indonesia. Pasalnya, fundamental ekonomi Indonesia jauh lebih sehat ketimbang Yunani yang memiliki utang jangka pendek berisiko tinggi. Hal ini menurut Donny merupakan indikasi positif bagi ekonomi Indonesia saat ini.
"Bedalah antara Yunani dan Indonesia, dari fundamentalnya saja sudah beda. Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang sehat ketimbang Yunani. Jadi nggak usah khawatir,†ujarnya melalui rilis pers di Jakarta, Rabu (8/7).
Hal ini didasarkan pada hubungan ekonomi antar dua negara yang tak memiliki hubungan ekonomi yang begitu masif. Dari data yang ada, hubungan dagang Indonesia dengan Yunani hanya 0,06 persen. Senada dengan itu, Donny juga menyebutkan bahwa hitung-hitungan hubungan dagang Indonesia dengan Yunani berada pada kisaran 200 juta dolar AS atau sekitar Rp 2 triliun.
Kendati demikian, Donny mengimbau pemerintah tetap perlu mewaspadai risiko perekonomian apapun yang ditimbulkan oleh krisis Yunani. Ia meyakini efek ekonomi Yunani secara langsung mempengaruhi nilai tukar mata uang Euro dan sebagian besar mata uang negara-negara Eropa.
Per tanggal 7 Juli, nilai mata uang Euro telah terkoreksi 0.69% menjadi 1.5506 per dolar Amerika Serikat (AS). Imbasnya, nilai mata uang rupiah juga terkoreksi 0.13% menjadi Rp. 13. 329 per dolar AS.
Hanya saja, Donny sekali lagi menegaskan bahwa efek ini tak terjadi secara spesifik, karena Yunani bukan pangsa pasar atau tujuan ekspor Indonesia. Sehingga dampak anjloknya rupiah tersebut dikarenakan struktur ekonomi Eropa dan pelemahan mata uang Euro saja.
"Itu bukan spesifik karena Yunani. Toh, Yunani bukan pangsa pasar karena dalam neraca perdagangan dengan kita, nilainya kecil," pungkasnya
.[wid]
BERITA TERKAIT: