Refleksi 2025: Volatilitas, Kebijakan, dan Pasar Modal Indonesia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 22 Desember 2025, 11:02 WIB
Refleksi 2025: Volatilitas, Kebijakan, dan Pasar Modal Indonesia
Ilustrasi Rupiah (Foto: RMOL/Reni Erina)
rmol news logo Tahun 2025 tetap menjadi tahun volatil bagi pasar keuangan Indonesia. 

Menutup pekan ketiga Desember, IHSG melemah tipis 0,10 persen ke level 8.609, meski investor asing tetap mencatatkan arus masuk sebesar 36 juta Dolar AS. Sektor Kesehatan dan Keuangan menjadi pendorong utama pasar, sementara Konsumer Siklikal dan Teknologi mengalami koreksi.

Ashmore, dalam keterangannya yang dikutip redaksi pada Senin 22 Desember 2025 mencatat, kondisi global turut memengaruhi pasar domestik. Data ekonomi AS menunjukkan pengangguran naik ke level tertinggi sejak September 2021, sementara inflasi lebih rendah dari perkiraan. Di Eropa, Bank of England menurunkan suku bunga, sedangkan ECB mempertahankan kebijakan moneter. Di Asia, Jepang menaikkan suku bunga ke level tertinggi sejak 1995, sementara pertumbuhan ritel China melambat.

Di Indonesia, Ashmore menilai kebijakan Bank Indonesia cukup adaptif. BI menurunkan suku bunga lebih awal dari The Fed untuk mendukung pertumbuhan, meski efek ke kredit belum maksimal. Bank sentral juga mendorong perbankan menurunkan suku bunga kredit lebih cepat, sambil tetap memperhatikan stabilitas nilai tukar. Ashmore menyoroti bahwa independensi BI terlihat lebih kuat, dengan fokus lebih besar terhadap nilai tukar dibanding awal tahun.

Ashmore menambahkan, tema utama pasar tahun ini termasuk pemangkasan suku bunga global, peran kecerdasan buatan (AI) dalam pertumbuhan perusahaan teknologi, serta fokus investor pada saham berkualitas dengan neraca sehat dan laba resilien. Meski pasar menghadapi tantangan sejak kuartal kedua 2025, Ashmore menilai titik terendah telah terlewati, dengan proyeksi laba korporasi tumbuh 12 persen tahun depan. Menurut Ashmore, obligasi pemerintah tetap menarik untuk jangka menengah-panjang, sedangkan saham berkualitas berpotensi memberikan imbal hasil lebih kuat.

Secara keseluruhan, Ashmore menyimpulkan bahwa 2025 menjadi tahun pembelajaran bagi Indonesia, di mana kebijakan moneter adaptif, ketahanan pasar, dan fokus pada fundamental domestik menjadi kunci menghadapi ketidakpastian global. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA