Warga Tapin Rasakan Manfaat Kanal Batubara PT. AGM

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Selasa, 25 November 2014, 21:22 WIB
rmol news logo Kanal batubara yang dibangun oleh PT. Antang Gunung Meratus (AGM), yang merupakan anak perusahaan dari PT. Baramulti Suksessarana, awalnya hanya dijadikan sebagai proses pengangkutan batubara. Tapi semakin lama, masyarakat Kabupaten Tapin di provinsi Kalimantan Selatan pun merasakan manfaat yang besar dari adanya kanal tersebut.

Demikian yang diungkapkan oleh Ahmad Gazali Rahman yang merupakan Kepala Desa Rumintin pada saat silaturahmi dan pertemuan kepala desa di Tapin Tengah, Banjarmasin (Selasa, 25/10).

Kanal batubara yang merupakan hasil normalisasi dari Sungai Muning (Sungai Mati) pada awalnya hanyalah rawa-rawa bekas peninggalan warga kampung Sarung luang yang hidup pada masa penjajahan Belanda. Akhirnya dibangunlah sebuah kanal yang dijadikan akses untuk pengangkutan batubara.

"Setelah adanya kanal ini, warga bisa kembali bercocok tanam di lahan yang pernah ditinggalkan bertahun-tahun sebelumnya. Soalnya untuk menuju ke sawah, warga bisa mempergunakan jalur sungai melalui kanal yang dibangun oleh pihak perusahaan," ujar Gazali.

Pada saat musim penghujan lahan tersebut juga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bertani. Sedangkan pada musim kemarau masyarakat tetap bisa memanfaatkan lahan tersebut untuk menanam semangka, kacang tanah dan  jagung. Hal tersebut dapat menambah penghasilan warga.

Selain Gazali, hal serupa diungkapkan oleh Ahmad Yani yang merupakan Kepala Desa Suato Tatakan. Dia mengatakan bahwa sebelumnya pemuda yang ada di desa tersebut pada umumnya tidak mempunyai pekerjaan.

"Dengan adanya kanal tersebut, para pemuda yang menganggur bisa bekerja. Ada yang sebagai petugas keamanan, dan ada yang bekerja di tongkang dan kapal tug boat pengangkut batu bara." tambah Ahmad.

Sementara itu, Kepala Desa Sungai Putting, Hormansyah, menekankan bahwa sebelum adanya kanal, masyarakat adalah petani tulen dan sebagian lagi pengangguran. Setelah kanal dibangun di tahun 2008, daerahnya mulai terbuka dan sebagian warga yang tadinya menganggur bersama sebagian petani mulai mempunyai pekerjaan baru.

"Sebagian warga kami yang tadinya tidak mempunyai kapal atau klotok, sekarang punya klotok, yang dipergunakan untuk menarik tongkang pengangkut batubara. Padahal kami tidak mempunyai ijazah, tapi bisa berhasil mempunyai klotok," ungkap Hormansyah.

Sedangkan sebagian pemuda desa yang mempunyai ijazah melamar pekerjaan di perusahaan. Ada yang bekerja di kantor dan sebagian lagi di lapangan, sesuai dengan ijazah dan kemampuan yang dimilikinya.

Ditegaskan Hormansyah lagi, keberadaan kanal tidak merugikan masyarakat, justru menambah penghasilan baru di warga desa. [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA