Salah satu pengusaha jamur tiram di Karangbawang Kecamatan Ajibarang, Parjan menyebutkan bahwa penurunan panen bisa mencapai 50 persen.
"Dalam sehari biasanya hasil panen di sini mencapai 100 kilogram lebih. Namun semenjak suhu naik panen hanya berkisar sekitar 50 hingga 60 kilogram per hari," jelasnya kepada
RMOL, Sabtu (1/11).
Suhu yang diperlukan jamur tiram agar berproduksi optimal menurut Parjan adalah 22 hingga 28 derajat celcius. Namun suhu sekarang naik menjadi 30 hingga 34 derajat celcius di dalam kumbung.
"Dengan suhu hingga 34 derajat celcius jamur tiram sulit berbuah," ujarnya.
Ia mengaku sudah melakukan berbagai upaya agar suhu dan kelembapan di dalam kumbung bisa terjaga. Antara lain dengan menaruh kain basah di rak-rak media tumbuh (bag log) jamur, menyiram lantai dua kali sehari dan memasang
blower kabut. Namun upaya ini tidak menunjukkan hasil signifikan.
"Tahun-tahun lalu menurut catatan saya di musim transisi dari kemarau ke hujan suhu rata-rata harian tidak sepanas ini. Tahun ini lebih panas," jelasnya.
Kendati demikian, Parjan mengaku tetap bersyukur. Sebab, saat suplai jamur tiram ke pasar wilayah Banyumas dan sekitarnya menurun, maka harga otomatis naik. Jika biasanya per kilogram jamur tiram di tingkat pengecer dijual dengan harga Rp 14 ribu per kilogram, maka sekarang dijual dengan harga Rp16 ribu hingga Rp 18 ribu per kilogram.
"Ya ada kenaikan harga, bisa sedikit menutup kerugian akibat penurunan panen," pungkasnya.
[ian]
BERITA TERKAIT: