Ekonom Universitas Gajah Mada (UGM) Anggito Abimanyu sangat menyayangkan perenÂcaÂnaan yang dilakukan pemerintah dalam menyusun APBN 2012. SeÂbab, banyak sekali asumsi yang diubah dalam APBN Perubahan.
“Ini sudah tidak seperti ranÂcaÂngan APBNP lagi, ini seolah-olah membuat APBN baru dalam wakÂtu 1 bulan. Ini perlu diperhatikan, baÂgaimana bisa melakukan peruÂbahan APBN yang begitu banyak dan rumit,†ujar Anggito.
Bekas Kepala Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) itu menyoroti soal perubahan drastis subsidi listrik dalam APBNP. Dalam APBN, pemerintah anggarkan subsidi Rp 44 triliun, sedangkan di APBNP meroket jadi Rp 98 triliun.
Padahal, yang perlu diperhaÂtikan pemerintah adalah menyeÂdiakan gas dan batubara yang besar bagi PLN sehingga biaya produksi lebih efisien dan subsidi listrik kecil.
“Subsidi listrik terlalu rendah, kurang akurasi energy mix bahan baku baik batubara maupun gas. Kenapa dulu dalam APBN 2012 hanya Rp 44 triliun, angka itu terlalu heroik,†katanya.
Karena itu, rencana kenaikan harga BBM akan berpengaruh terhadap tarif dasar listrik (TDL), namun tidak berlaku sebaliknya. “Kenaikan tarif tenaga listrik itu lebih penting dari BBM karena PLN kita masih menggunakan BBM sebagai bahan bakar. Yang lebih parah, listrik ini tidak pernah dinaikkan dari tahun 2004,†tandasnya.
Untuk diketahui, dalam pemÂbaÂhasan APBNP pemerintah meÂlakukan beberapa perubahan, antara lain Indonesia Crude Price (ICP) dipatok 105 dolar AS per barel dari sebelumnya 90 dolar AS per barel, lifting minyak tuÂrun dari 950 barel per hari menjadi 93 barel per hari. Subsidi listrik dinaikkan jadi Rp 64 triliun (angka yang diseÂtujui DPR) dari sebelumnya Rp 44 triliun.
Presiden SBY juga meÂmeÂrinÂtahkan bawahannya untuk meÂngawal pembahasan APBN di DPR. Menurutnya, berdasarkan peÂÂngaÂlaman menunjukkan seÂringÂÂkali baik APBN, peraturan pemeÂrintah, peraturan presiden, RUU, ada yang lepas dan ada yang miss. “Karena tidak ada konÂtinyu dari awal sampai akÂhir,†kata SBY.
Selain itu, presiden mengÂingatÂkan agar program yang diajukan seÂsuai dengan prioritas dan sejalan dengan Rencana Kerja PemerinÂtah (RKP).
“Pastikan apa yang ada dalam prioritas kerja mengalir ke dalam rancangan APBN termasuk disÂtribusi dan anggaran yang tepat. Jangan RKP-nya bicara apa, APBN-nya bicara apa,†ujarnya.
SBY mengingatkan, para menÂteri memahami rencana kerja peÂmerintah dan prioritas terÂmasuk sektor dan fungsi masing-maÂsing.
Dia juga meminta para menÂteri aktif bukan hanya memantau tapi terus berkontribusi untuk APBNP berjalan baik.
Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR juga heran deÂngan dipercepatnya pembahaÂsan APBNP. Ketua Banggar DPR Melchias Marcus Mekeng memÂpertanyakan dasar hukum perceÂpatan pembahasan APBNP. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: