Program Vaksin Uniject Ngadat 13 Juta Orang Idap Hepatitis B

Minggu, 05 Februari 2012, 08:20 WIB
Program Vaksin Uniject Ngadat 13 Juta Orang Idap Hepatitis B
ilustrasi, Hepatitis B
RMOL.Sejak dicanangkan tahun 2004, pemberian vaksin hepatitis B uniject di Indonesia ternyata tersendat-sendat.  Alhasil, jumlah penderita hepatitis B hingga tahun 2010 bertambah menjadi 13 juta orang.

Mengingat Indonesia masih endemis hepatitis tertinggi di dunia, suntikan vaksin uniject perlu digalakkan lagi. Suntikan vaksin ini diharapkan bisa jadi solusi untuk mengatasi bahaya penyakit hepatitis B.

Biaya program pemberian vak­sinnya relatif lebih murah di­banding alat suntik dispo­sable, di Puskesmas. Hingga kini, pembe­rian vaksin hepa­titis B untuk ba­yi yang baru lahir belum meme­nuhi sasaran pe­nanggulangan.

Kepala Lembaga Biologi Mu­le­kular Eijkman Jakarta Prof David Handojo  Mulyono mene­gaskan, kampanye pemberian vaksin ini perlu diterapkan agar Indonesia bisa keluar dari en­demis penyakit berbahaya ini.

“Kalau Indonesia tetap dan terus menerapkan vaksin uniject ini, negara kita akan menjadi pelopor dan bebas dari wabah hepatitis B,” kata David kepada Rakyat Mer­deka di Jakarta, Se­lasa (31/1).

Pemberian vaksin uniject un­tuk kalangan masyarakat me­nengah ke bawah diharapkan bisa juga menyentuh wilayah pe­losok maupun pedesaan. Menu­rut dia, pemberian vaksin ini lebih efisien jika diberikan pada saat bayi yang baru lahir.

“Lebih baik jika diberikan pa­da bayi yang baru lahir. Efeknya ter­lihat sekitar lima atau 10 ta­hun,” ungkap profesor yang gemar meneliti ini.

Keunggulan dari alat suntik uniject ini adalah dapat me­ning­katkan cakupan imunisasi pada bayi.”Bayangkan memberikan vaksin ini kepada lima juta lebih bayi yang baru lahir, maka akan berapa banyak generasi pe­nerus yang terse­lamatkan,” tambah David.

Suntikan dan vaksinnya di­kemas lebih praktis dan efisien. Alatnya lebih aman, sekali pa­kai lang­sung dibuang. Alat­nya relatif kecil dan dapat di­bawa ke ma­na-mana dan mudah meng­­gun­akan­nya.

Di dalam uniject terdapat vak­­sin H-B dan jarum suntik, tinggal me­mencetnya untuk memberi­kan vak­sinasi.

“Yang perlu di­per­tim­bang­kan adalah agar vak­sin ini le­bih mak­simal di pe­desaan atau pe­lo­sok me­ngingat mere­ka le­bih meng­andal­kan per­sa­linan ke­pada bidan atau dukun ba­yi,” jelas David.

Dia mengakui, pengetahuan me­reka terhadap vaksin uniject masih terbatas dan belum me­nyen­tuh hingga ke pelosok tanah air. Bidan atau dukun bayi di desa-desa masih belum paham apa itu vak­sin uniject ditambah ke­ter­se­diaannya yang belum memadai.

“Program ini belum me­nyen­tuh ke arah sana. Padahal, ini sa­ngat penting,” kata David yang juga meneliti untuk WHO ini.

Berdasarkan penelitian  Uni­versitas Diponegoro tahun 2003, penolong persalinan non tenaga kesehatan seorang bayi saat me­lahirkan tidak ditolong tenaga non kesehatan mempu­nyai risiko bayinya tidak divak­sinasi HB-1 umur 7 hari sebe­sar tiga kali dibanding ibu yang saat mela­hirkan ditolong tenaga ke­sehatan.

“Kita ingin trial (percobaan) lebih dulu. Untuk satu tahun pertama akan diberikan vaksin uniject secara gratis kepada se­luruh masyarakat. Selanjutnya, kita lihat perkembangannya dalam lima tahun ke depan, apakah akan memberikan efek­nya. Kalau ya, akan diupayakan dalam cakupan yang lebih be­sar,” terang David.

Saat ini, David mengaku se­dang mengupayakan agar vak­sin uniject bisa disosia­lisa­sikan bahkan dilaksanakan tahun ini.

“Kami terus mengupayakan penggunaan vak­sin uniject ke­pada Menteri Kesehatan mau­pun pihak BUMN untuk terus mem­pro­duksi ini,” harap guru besar tidak tetap Universitas Hasanudin ini.

Tahun 2004, vaksin uniject recombinant DNA yang dipro­duksi Biofarma telah lulus pra­kualifikasi WHO. Me­ngacu pada besarnya biaya satuan aktual, maka dapat disimpulkan bahwa  penggunaan alat suntik uniject jauh lebih cost effective diban­dingkan alat suntik disposable.

Alhasil, biaya yang dike­luar­kan untuk mencapai sasaran imunisasi  hepatitis B dalam jumlah yang sama akan jauh lebih murah apabila digunakan  alat suntik uniject. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA