Anjing robot tersebut mampu menavigasi lingkungan fisiknya melalui kamera dan sensor, termasuk mengenali sinyal lampu lalu lintas, yang tidak dapat dilakukan oleh anjing pemandu tradisional.
Berukuran kira-kira seperti Bulldog Inggris tetapi sedikit lebih lebar, robot ini dapat berkomunikasi, mendengarkan dan berbicara, dengan operator yang tuna Netra. Robot ini menggunakan teknologi AI yang terintegrasi dalam pengenalan suara, kemampuan perencanaan rute, dan pengenalan lampu lalu lintas.
Robot ini juga memiliki enam kaki, yang menurut para peneliti membantunya berjalan dengan lancar dan dengan stabilitas maksimal.
"Ketika tiga kaki diangkat, masih ada tiga kaki seperti tripod kamera. Itu bentuk yang paling stabil," kata Profesor Gao Feng, kepala tim peneliti di Sekolah Teknik Mesin Universitas Jiao Tong di Shanghai, seperti dikutip dari
CNN, Jumat (12/7).
Pasangan suami istri Li Fei (41 tahun) dan Zhu Sibin (42 tahun), termasuk di antara penyandang tunanetra yang membantu tim Universitas Jiao Tong menguji robot menggunakan perintah berbahasa Mandarin.
Li mengalami buta total dan Zhu hanya bisa melihat sedikit dan biasanya menggunakan tongkat untuk membantunya bergerak.
“Jika robot anjing pemandu ini hadir di pasaran dan saya dapat menggunakannya, setidaknya robot ini dapat menyelesaikan sebagian masalah saya saat bepergian sendiri,” kata Li.
“Misalnya, jika saya ingin pergi bekerja, ke rumah sakit, atau ke supermarket. Saat ini saya tidak dapat pergi sendiri dan harus ditemani oleh keluarga atau relawan," ujarnya.
Selain China, Australia dan Inggris juga sedang menguji robot anjing pemandu sejenis.
Gao mengatakan, di Tiongkok ketersediaan anjing pemandu tradisional sangat terbatas, jumlahnya hanya sekitar 400 ekor untuk hampir 20 juta orang tuna netra.
Kepemilikan hewan peliharaan dan hewan pembantu juga merupakan konsep yang relatif baru di negara ini, yang berarti banyak tempat kerja, restoran, dan area publik lainnya tidak akan menyambut pembantu yang lebih tradisional seperti Labrador.
Tidak seperti anjing-anjing tersebut, yang jumlahnya akan selalu terbatas karena keterbatasan alami pengembangbiakan dan pelatihan intensif yang dibutuhkan, Gao mengatakan produksi anjing pemandu robot dapat ditingkatkan, terutama di pusat manufaktur besar seperti China.
“Ini seperti mobil. Saya dapat memproduksinya secara massal dengan cara yang sama seperti mobil, sehingga harganya akan lebih terjangkau,” kata Gao.
“Saya pikir ini bisa menjadi pasar yang sangat besar, karena mungkin ada puluhan juta orang di dunia yang membutuhkan anjing pemandu," ujarnya.
BERITA TERKAIT: