Hadits tersebut membuktikan bahwa Islam merupakan agama yang paling memperhatikan astronomi, termasuk fenomena semesta yang disebut sebagai gerhana.
Pada tanggal 20 April 2023 kalender masehi, sebagian masyarakat Indonesia memperoleh kesempatan untuk menyaksikan suatu persitiwa alam semesta berupa gerhana matahari total, sementara sebagian lainnya dapat menyaksikan gerhana matahari cincin.
Kesempatan tersebut secara geografis terkait pada di mana lokasi masyarakat berada. Gerhana matahari pada tahun 2023 kalender masehi memiliki makna istimewa, sebab kebetulan terjadi pada bulan suci Ramadhan.
Secara hisab dan rukyat setiap kota/kabupaten akan mengalami gerhana matahari pada waktu yang berbeda-beda. Di Kota Bandung mulai kontak awal pukul 09:27:38 WIB, puncak maksimum kegelapan terjadi pada pukul 10:45:19 WIB, hingga kontak akhir pukul 12:08:32 WIB.
Untuk Kota Bandung, matahari akan terhalang piringan rembulan maksimum mencapai 0,532 magnitude. Sehingga secara perlahan suasana lingkungan bumi yang mengalami gerhana matahari akan meredup.
Berdasar kearifan ilmiah kesehatan, masyarakat Islam sepenuhnya menyadari dampak buruk memandang gerhana matahari dengan mata telanjang karena paparan sinar matahari dapat membakar retina mata sehingga menyebabkan kebutaan.
Demi menghindari dampak buruk memandang gerhana matahari dengan mata telanjang, masyarakat Islam secara ritual keagamaan dianjurkan untuk:
1. Mengumandangkan gema takbir dengan memperbanyak takbir, mengagungkan asma Allah, lafadz dan lantunkan sebagaimana takbir pada 2 hari raya dari awal gerhana hingga gerhana matahari berakhir.
2. Mengumandangkan gema istighfar, karena merasa takut dan khawatir akan terjadi sesuatu, dengan memohon ampunan kepada Allah dan maaf kepada semua makhluk.
3. Mengucapkan "sholaatu Jaami'ah".
4. Menunaikan Shalat Gerhana Matahari.
5. Mendengarkan khutbah gerhana matahari.
6. Bersodaqoh gerhana matahari.
7. Melanjutkan gema takbir hingga akhir gerhana matahari, di mana matahari terbuka kembali demi bersinar utuh.
BERITA TERKAIT: