Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Abraham Lincoln, Pemuda Jenius yang Dibesarkan dengan Buku dan Tewas Ditembus Peluru

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 14 April 2022, 06:26 WIB
Abraham Lincoln, Pemuda Jenius yang Dibesarkan dengan Buku dan Tewas Ditembus Peluru
Abraham Lincoln/Net
rmol news logo Dunia mengenalnya sebagai sosok yang memiliki kejeniusan otodidak dan orator paling terkenal dalam sejarah Amerika karena ucapannya yang bernas dan berwawasan luas.

Sepanjang hidupnya dia tidak menyetujui perbudakan dan memimpin bangsanya keluar dari Perang Saudara. Namun, perjuangannya harus terhenti saat peluru menembus kepalanya di malam tragis 14 April 1965.  
Abraham Lincoln lahir di dekat Hodgenville, Kentucky, pada 12 Februari 1809, dan dibesarkan di tepi perbatasan. Sejak kecil ia sangat rakus dengan buku-buku yang membuatnya tumbih menjadi pemuda yang cerdas walau tidak memiliki pendidikan yang sangat tinggi.

Ia dikenal sebagai pemuda yang memiliki tubuh sangat tinggi, berpenampilan acak-acakan dan bermata merah karena sering membaca buku hingga larut malam.

Lincoln tumbuh sebagai pemuda sederhana dan pekerja keras. Dia memiliki banyak keterampilan, salah satunya pandai menggunakan kapak. Namun, dia tidak mau menjadi petani. Ia kemudian bekerja sebagai penjaga toko, kepala pos, dan surveyor.

Pada 1832, dengan datangnya Black Hawk War, Lincoln mencoba mendaftar sebagai sukarelawan. Pada saat itu, pemandangan medan perang yang dipenuhi mayat di Stillman's Run dan Kellogg's Grove sangat memengaruhinya.

Ia kemudian bercita-cita menjadi legislator, dan belajar hukum dan berkampanye untuk kursi di Badan Legislatif Negara Bagian Illinois. Meskipun tidak terpilih dalam upaya pertamanya, Lincoln bertahan dan memenangkan posisi pada tahun 1834.

Di Springfield, Illinois, di mana dia berpraktik sebagai pengacara, Lincoln bertemu Mary Todd, dan menikahinya pada 1842. Dari empat anak mereka, hanya satu yang hidup sampai dewasa.

Selama masa jabatan tunggalnya di Kongres (1847-1849), Lincoln, sebagai satu-satunya Whig dari Illinois, memberikan sedikit perhatian pada masalah legislatif. Dari sana, Lincoln kemudian bergabung dengan Partai Republik.

Perpindahannya ini menimbulkan perdebatan sepanjang tahun 1858 dengan Stephen A. Douglas, sponsor Undang-Undang Kansas-Nebraska 1854 tentang perbudakan, dan membuat Lincoln menjadi tokoh terkemuka dalam politik nasional.

Pada tanggal 6 November 1860, Lincoln memenangkan pemilihan presiden tanpa dukungan dari satu negara bagian Selatan. Ia menjadi Presiden Amerika Serikat keenambelas. Isu soal pemisahan diri,  yang dibicarakan sejak tahun 1830-an, kembali menguat. Perang Saudara tidak sepenuhnya disebabkan oleh pemilihan Lincoln, tetapi pemilihan itu adalah salah satu alasan utama perang pecah pada tahun berikutnya.

Keputusan Lincoln untuk melawan daripada membiarkan negara bagian Selatan memisahkan diri tidak didasarkan pada perasaannya terhadap perbudakan. Sebaliknya, dia merasa itu adalah tugas sucinya sebagai Presiden Amerika Serikat untuk mempertahankan Persatuan dengan cara apa pun.

Pidato pengukuhan pertamanya adalah seruan kepada negara-negara pemberontak, tujuh di antaranya telah memisahkan diri, untuk bergabung kembali dengan negara tersebut. Draf pertama pidatonya berakhir dengan pesan yang tidak menyenangkan: "Apakah itu perdamaian, atau pedang?"

Akhirnya, Perang Saudara dimulai. Konfederasi di Fort Sumter, Carolina Selatan, menjadi target pengeboman pada 12 April 1861. Fort Sumter, yang terletak di Pelabuhan Charleston, adalah pos terdepan Union di wilayah Konfederasi yang baru saja dipisahkan.

Setelah bertahun-tahun perang, Lincoln mulai tidak percaya diri. Namun, akhirnya maju juga dalam pencalonan presiden pada 1864 yang dimenangkannya.

Dalam pidato pelantikannya pada 4 Maret 1865, Lincoln mengatakan, satu-satunya tujuannya adalah “perdamaian abadi di antara kita sendiri.”  Dia berharap semua orang bisa menghilangkan kebencian terhadap siapa pun dan melakukan amal untuk semua.

Tak ada yang menyangka, sekitar satu bulan setelah pidato pelantikannya itu, Lincoln mengembuskan napas. Lincoln ditembak di kepalanya saat menghadiri sebuah drama di Teater Ford di Washington, DC, pada 14 April 1865.

Lincoln ditembak oleh simpatisan Konfederasi, John Wilkes Booth, yang juga seorang aktor. Pelaku menyelinap masuk ke dalam kotak pribadi Lincoln dan isteri pada pukul 10 malam, saat pertunjukkan sedang berjalan.
 
Saat menembakkan pelurunya, Booth berteriak, “Sic semper tyrannis!" yang artinya "Begitulah kepada para tiran! Selatan akan membalas."

Pembunuhan itu adalah bagian dari plot yang lebih besar untuk melenyapkan pemerintah Utara yang juga membuat Menteri Luar Negeri William Seward terluka parah.

Penembakkan itu serentak menggemparkan Amerika. Sang negarawan ulung yang dicintai banyak orang telah pergi.
Lincoln menjadi presiden AS pertama yang dibunuh.

Sepanjang hidupnya, Lincoln banyak menulis syair dan disebut sebagai satu-satunya Presiden Penyair di Amerika.

Dalam catatan sejarah di Britanica, disebutkan bahwa Lincoln menyukai Alkitab dan mengetahuinya dengan baik. Dia juga menyukai Shakespeare, dan sangat mungkin kepandaiannya berkata-kata karena dipengaruhi oleh apa yang ia baca termasuk Shakespeare. Dalam percakapan sehari-hari saja, dia menggunakan banyak kiasan Shakespeare.

Ia juga membahas masalah interpretasi dramatis dengan wawasan yang cukup, dan membacakan bagian-bagian panjang dari ingatan dengan perasaan dan pemahaman yang langka. Dia menyukai karya-karyaJohn Stuart Mill , khususnya On Liberty, tetapi tidak menyukai karya-karya berat atau metafisik.

Di antara jutaan kata-kata Lincoln yang terkenal adalah;

"Sebuah rumah yang terbagi melawan dirinya sendiri, tidak dapat berdiri."

"Tindakan manusia dapat dimodifikasi sampai batas tertentu, tetapi sifat manusia tidak dapat diubah."

"Tidak ada orang yang cukup baik untuk memimpin orang lain tanpa persetujuan pihak lain."

Di antara banyak orang yang mengingat Lincoln, adalah mantan rekan hukumnya, William Herndon. Ketika Lincoln meninggal, Herndon baru saja memulai karirnya sebagai orang kepercayaan Lincoln. Ia sangat mengagumi Lincoln.

Ia menyimpan banyak kenangan tentang Lincoln dari yang baik hingga yang buruk, bahkan sampai paling pribadi, termasuk pernikahan Lincoln. Di matanya Lincoln adalah sosok yang menyala-nyala penuh semangat, yang selalu berpikir jernih dan menularkan enerjinya kepada banyak orang. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA