Saya mengucapkan terima kasih kepada Gus Dur atas peresmian Imlek sebagai Hari Raya Nasional. Namun Gus Dur justru memberikan sebuah peringatan dalam bahasa Jawa “
Ojo umpak-umpakan†agar saya jangan mabuk euforia lalu lupa daratan merayakan Imlek secara berlebihan.
Peringatan Gus Dur penting, perayaan Imlek secara berlebihan rawan memicu dampak buruk berupa kecemburuan sosial terhadap warga keturunan seperti yang terbukti di masa Orba.
SederhanaMaka saya sangat menghargai dan menghormati Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) mengimbau agar para anggotanya menyelenggarakan perayaan Imlek secara sederhana di rumah masing-masing dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, mengingat situasi pandemi dan penularan Covid-19 masih merajalela.
Yayasan Buddha Tzu Chi dan Eka Tjipta Foundation merayakan Hari Raya Imlek dengan mempersembahkan sumbangsih bakti-kemanusiaan kepada kaum miskin.
Demikian pula Perhimpunan Islam Tionghoa (PITI) lebih mengutamakan kemanusiaan ketimbang pesta pora merayakan Imlek.
Gereja-gereja membagikan nasi bungkus gratis kepada yatim-piatu dan jompo. GEMAKU (Generasi Muda Konghucu) merayakan Imlek dengan membagikan sembako kepada para penyintas Covid-19, janda, yatim, balu yang sebatang kara dan pedagang kecil terdampak PSBB.
KOMTAK (Komunitas Tionghoa Anti Korupsi) berbagi bakmi gratis dengan kaum miskin dan papa. Alih-alih pamer kemewahan, masyarakat merayakan Imlek secara sederhana demi pamer kemanusiaan.
Saya yakin arwah almarhum Gus Dur bahagia menyaksikan para warga merayakan Imlek secara sederhana demi mewujudkan makna adiluhur yang terkandung di dalam sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab serta Keadilan Sosial Untuk Seluruh Rakyat Indonesia menjadi kenyataan.
SIN CUN KIONG HI, THIAM HOK THIAM SU.
BERITA TERKAIT: