Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Anak Yang Hilang

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/jaya-suprana-5'>JAYA SUPRANA</a>
OLEH: JAYA SUPRANA
  • Minggu, 16 Februari 2020, 21:52 WIB
Anak Yang Hilang
Jaya Suprana/Istimewa
BERITA malapetaka Jiwasraya dan Virus Corona sempat ---entah disengaja atau tidak---- bersaing dengan berita pemerintah Indonesia akan memulangkan para warga Indonesia yang telah meninggalkan Indonesia untuk bergabung ke ISIS. Mereka yang alergi ISIS langsung protes keras atas rencana tersebut, sebab dianggap akan mereimpor para teroris yang sudah berada di luar negeri untuk kembali ke Indonesia demi melanjutkan angkara murka mereka di Indonesia.

Ada pula yang mengkhawatirkan pemulangan warga yang bergabung dengan ISIS merupakan bom waktu setiap saat siap meledak demi membinasakan sesama warga Indonesia yang tidak bersalah apa pun. Ada pula yang yakin bahwa warga Indonesia yang bergabung ke ISIS sama sekali tidak ingin kembali ke Indonesia, sebab terbukti mereka memang atas kemauan mereka sendiri telah meninggalkan Indonesia. Buat apa mengundang mereka pulang padahal mereka tidak ingin pulang!

Sadar Diri

Saya cukup sadar bahwa diri saya awam politik sekaligus buta hukum kewarganegaraan. Maka saya cukup tahu diri untuk tidak berani melibatkan diri ke kemelut polemik kelas tinggi yang melibatkan para tokoh pimpinan bsngsa. Saya yakin para tokoh pemimpin bangsa pasti tahu apa yang sebaiknya dilakukan terhadap para warga yang telah meninggalkan Indonesia untuk bergabung ke ISIS.

Sebagai warga Indonesia yang mendirikan Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan, saya membatasi diri hanya untuk teringat pada kisah yang dikisahkan Yesus Kristus tentang “Anak Yang Hilang” yang termuat di dalam Kitab Injil Lukas 15:11 - 32 sebagai berikut:

Anak Yang Hilang

"Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali". rmol news logo article

Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA