Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Democracy Doesn't Need Tempo

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/zeng-wei-jian-5'>ZENG WEI JIAN</a>
OLEH: ZENG WEI JIAN
  • Kamis, 10 Oktober 2019, 13:06 WIB
Democracy Doesn't Need Tempo
Ilustrasi
DEMOKRASI ngga butuh Tempo. Buzzer adalah penyambung lidah rakyat senada. Bunyi-bunyian isi hati. Suara dari pikiran yang tersumbat. Karena itu, Tempo juga adalah buzzer.

Ahmad Dhani Prasetyo paling bangga jadi buzzer. Adhie Massardi bela Tempo; serang buzzer. Padahal dia itu buzzer juga.

Buzzer termegah adalah Presiden Donald Trump. Sekali cuit, jutaan lesser buzzer ikut.

Social media adalah "An incubator for socio-political echo chambers", kata Penulis Rinzin.

As a result; Social media mengubah landscape platform informasi.

Serangan Tempo kepada "Buzzer Istana" adalah suara hati yang galau. Aktifitas buzzer menurunkan oplah. Internet Menghancurkan hegemoni media cetak.

Tiras turun paralel dengan iklan. Tempo hidup dari iklan para cukong. Dia termasuk sindikat yang membesarkan Ahok sedari mula.

Sebelum MRT Summit dan Poros Mega Prabowo, semua orang tahu Tempo berfungsi sebagai "Buzzer Istana".

Pasal-pasal Konservatis KUHP dan potensi ditendang keluar power circle mengharuskan Tempo rilis manuver bargaining nyerang Jokowi dan buzzernya.

Serangan "Pinokio" merupakan mekanisme struggle to survive.

Tempo sukses menggalang suara rival buzzer istana. Itu grup antagonis yang demen teriak anti asing. Berkat Tempo, dan hanya karena haus membalas dendam, mereka kunyah riset lembaga asing bernama Oxford. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA