Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Gimik Perang Donald Trump

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/dr-muhammad-najib-5'>DR. MUHAMMAD NAJIB</a>
OLEH: DR. MUHAMMAD NAJIB
  • Senin, 24 Juni 2019, 16:35 WIB
Gimik Perang Donald Trump
Donald Trump/Net
"AIR beriak tanda tak dalam", demikianlah pepatah menggambarkan orang yang banyak omong, apalagi tidak konsisten, maka besar kemungkinan apa yang diucapkannya tidak sama dengan apa yang dipikirkannya atau apa yang diinginkannya.

Sejak diperintahkannya kapal induk bertenaga nuklir USS Abraham Lincoln yang diikuti oleh armada angkatan laut Amerika memasuki perairan Teluk, ditambah mobilisasi pasukan darat dan udara Amerika yang berada di sejumlah pangkalannya yang tersebar di negara-negara sekitar Iran, diiringi retorika ancaman yang terus-menerus ditebar, membuat kawasan ini mendadak panas dan menimbulkan kekhawatiran masyarakat internasional.

Kekhawatiran ini sangat beralasan, mengingat Selat Hormuz yang menjadi pintu keluar minyak dan gas dari negara-negara pengekspornya, tentu tidak akan bisa dilalui karena akan menjadi medan laga, jika perang terjadi. Sampai kini banyak negara industri, masih mengandalkan sumber energinya dari kawasan ini. Karena itu dampaknya yang luas, khususnya terkait dengan terganggunya suplai energi dunia yang tentu berakibat langsung terhadap gejolak harga yang bermuara pada krisis ekonomi global.

Apa yang dilakukan para pengendali kekuasaan di Washington dibalas oleh para penguasa di Teheran, baik dalam pernyataan maupun mobilisasi pasukan dan mesin perang yang dimilikinya. Sejumlah insiden yang bisa menjadi pemantik perang diantara dua negara yang sudah berada dalam puncak ketegangan, seperti penyerangan dengan menggunakan drone dua stasiun pompa perusahan Aramco milik Saudi Arabia, penyerangan dalam bentuk sabotase tanker milik Uni Emirat Arab di lepas pantai Fujairah, kemudan serangan terhadap dua kapal tanker Kokuka Courages asal Jepang  yang terjadi di Teluk Oman.

Insiden-insiden di atas sebagian dilakukan oleh gerilyawan Houthi yang bermarkas di Yaman yang sedang berperang dengan Saudi Arabia dan UAE. Akan tetapi yang lainnya entah dilakukan oleh siapa, karena sampai saat ini tidak ada yang mengakuinya. Anehnya Amerika masih saja tetap beretorika dengan ancaman, sembari menawarkan perundingan yang tidak masuk akal.

Insiden terakhir bahkan menampar wajah negara Wahington secara langsung, yang seharusnya sangat mempermalukan negara super power ini di mata dunia, dengan ditembak jatuhnya pesawat nirawak atau drone RQ-4 Global Hawk milik pasukan Amerika oleh pasukan Garda Revolusi Iran dengan menggunakan rudal darat ke udara jarak menengah buatan sendiri yang diberi nama Khordad-3.

RQ-4 Global Hawk merupakan produk terbaru dan tercanggih buatan Northrop bernilai 130 juta dolar AS atau Rp 1,8 triliun yang sangat dibanggakan ini, terbukti tidak berdaya menghapi rudal Iran. Yang lebih mengejutkan ternyata responnya hanya retorika, berupa perintah untuk menyerang Iran sudah diberikan oleh Presiden Donald Trump yang kemudian dibatalkannya dalam menit-menit terakhir sebelum pasukan di lapangan bertindak.

Jika ditelusuri berbagai keputusan atau kebijakan Gedung Putih sejak dihuni Trump, baik terkait ekonomi maupun politik di dalam negeri maupun terhadap negara lain, didominasi oleh berbagai bentuk gimik. Hal ini bisa dilihat dari berbagai bentuk keputusan yang diambilnya selama ini, tidak dilandasi oleh arah kebijakan yang jelas yang mengakibatkan keputusan-keputusan yang muncul tidak konsisten atau berubah-ubah.

Selama ini Trump cukup berhasil memainkan gimik-gimik ekonomi, politik, dan militer untuk mendapatkan keuntungan finansial secara instan. Mungkinkah hal ini mencerminkan kepribadian dan karakternya? Yang pasti dalam masalah ini, Presiden Amerika kali ini berbeda dengan presiden-presiden sebelumnya.

Sebenarnya gaya kepemimpinan Trump yang berorientasi jangka pendek seperti ini, bukan saja menyulitkan negara-negara lain untuk memahami apa maunya yang sebenarnya, akan tetapi juga membingungkan para sekutu Amerika sendiri, bahkan memyulitkan para kolega dan pembantunya sendiri. Itulah sebabnya banyak sekali pejabat yang dipecat atau mengundurkan diri, yang diiringi oleh kontroversi yang tidak berkesudahan sejak Trump menghuni Gedung Putih.

Bisa saja dengan cara seperti ini Amerika mendapatkan keuntungan dalam jangka pendek, akan tetapi tentu tidak dalam jangka panjang. Dan yang lebih fatal lagi, mungkin saja Trump tidak sadar bahwa kini, dalam kasus Amerika vs Iran, ia sedang mempertaruhkan wibawa dan kredibilitas negara dan bangsanya.

Jika ia tidak mampu menemukan solusi yang elegan atas manuver-manuver politik, ekonomi, dan militernya, yang kini sudah berada pada semakin sedikitnya pilihan yang tersedia, maka Amerika tidak akan dihitung lagi oleh negara lain dalam pergaulan global. rmol news logo article

Penulis adalah pengamat politik Islam dan demokrasi.

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA