Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Upaya Iran Keluar Dari Isolasi Amerika

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/dr-muhammad-najib-5'>DR. MUHAMMAD NAJIB</a>
OLEH: DR. MUHAMMAD NAJIB
  • Senin, 27 Mei 2019, 14:38 WIB
Upaya Iran Keluar Dari Isolasi Amerika
Ilustrasi/Net
WALAUPUN Amerika maupun Iran tidak akan mengambil inisiatif memulai perang dan kedua negara menyatakan tidak ingin berperang. Akan tetapi, di tengah ketegangan dan tingginya retorika dari kedua belah pihak, bila muncul insiden yang walau tidak direncanakan oleh kedua belah pihak, atau muncul pihak ketiga yang dengan sengaja melakukan manuver militer, bisa memantik perang besar baru setiap saat di Timur Tengah.

Jika keduanya tidak menginginkan perang, lalu mengapa Amerika terus menambah peralatan tempur maupun personil militernya? Amerika tampaknya ingin memastikan bahwa blokade ekonominya berjalan efektif, dengan menjaga seluruh celah khususnya Selat Hormuz yang menjadi pintu keluar minyak Iran, agar tidak setetespun minyak yang menjadi tulang punggung ekonomi Iran bisa diekspor.

Dengan demikian, Iran akan lumpuh secara perlahan. Strategi ini mirip dengan yang diterapkan Amerika untuk melumpuhkan Irak di bawah Saddam Husein.

Menghadapi jeratan jaring ekonomi yang ditebar Washington, yang dikawal dengan kekuatan militer besar, bagaimana Teheran meresponnya. Disamping menyiagakan kekuatan militernya secara maksimal, termasuk milisia-milisia pro Iran di sejumlah negara, seperti Houthi di Yaman, Hisbullah di Lebanon dan Suriah, Hashid Shaabi di Irak, dan milisia lain yang berada di Afghanistan dan Palestina, Iran kini melakukan diplomasi dan lobi ke sejumlah negara Arab penting, dan negara-negara yang menjadi tetangga dekatnya.

Menlu Iran Mohammad Javad Zarif, Sabtu (25/5/2019) mengunjungi Bagdad, dengan maksud agar Irak bisa menjadi mediator untuk meredakan ketegangan yang ada. Hal ini memperkuat inisiatif Bagdad sebelumnya yang telah menjalin komunikasi intensif dengan Washington.

Zarif telah bertemu dengan Presiden Irak Barham Saleh, Perdana Mentri Adil Abdul Mahdi, Menlu Mohammed Ali al-Hakim, serta Ketua Parlemen Mohammad al-Habsyi.

Irak tetangga Iran yang memiliki perbatasan darat sangat panjang, memiliki hubungan politik dan ekonomi sangat erat dengan Iran pasca Saddam Husein. Sebelumnya Zarif diberitakan telah mengunjungi Islamabad dan bertemu dengan Perdana Mentri Pakistan Imran Khan.

Sementara Wakil Menlu Iran Abbas Araghchi,  Sabtu (25/5/2019) memulai lawatannya ke sejumlah negara Arab di kawasan Teluk, seperti Kesultanan Oman, Kuwait,  dan Qatar. Negara-negara ini memiliki hubungan baik dengan Teheran maupun Washington.

Di samping lobi dan diplomasi yang bertujuan untuk meredakan ketegangan antara Amerika dan Iran, Teheran juga berusaha untuk meredakan ketegangan antara Iran dengan negara-negara Arab Teluk yang memusuhinya, seperti Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, dan Bahrain. Iran menawarkan perjanjian non agresi dengan negara-negara ini.

Tawaran Iran ini memiliki dua makna, di samping untuk meredakan ketegangan politik akibat pengerahan secara besar-besaran militer Amerika, ia juga harus dibaca sebagai upaya Iran, agar jika sampai terjadi perang antara Iran dengan Amerika, negara-negara ini tidak akan melibatkan diri, dengan kata lain tidak akan ikut mengeroyok Iran.

Lebih dari itu, jika diplomasinya ke negara-negara Arab berhasil, maka jika sampai meletus perang, maka perang yang terjadi bukan perang antara Persia melawan Arab, akan tetapi perang antara Iran melawan agresor Amerika. Hal ini akan memberikan kemudahan bagi Iran untuk mendapatkan dukungan dari negara-negara Arab pada khususnya, dan negara-negara Muslim pada umumnya.

Di samping lobi dan diplomasi di atas permukaan sebagaimana diuraikan di atas yang perlu dicermati, yang tidak kalah pentingnya adalah diplomasi di bawah permukaan. Tentu Iran terus mencari jalan, bagaimana bisa menerobos jaring ekonomi yang ditebar Amerika dan dikawal ketat oleh militernya.

Tanpa ekspor minyak, maka sulit sekali roda ekonomi Iran bisa digerakkan, mengingat sekitar 60 persen sumber pendapatan negaranya berasal dari minyak.

Yang paling mungkin dilakukan Iran adalah mengirim minyaknya ke luar melalui tetangganya yang memiliki perbatasan darat, mengingat konsentrasi pasukan Amerika berada di laut yang menjadi jalur konvensional minyak Iran ke luar. Apalagi perbatasan darat Iran dengan sejumlah negara tetangga sangat panjang, sehingga akan sulit sekali dikontrol.

Mungkinkah 1500 pasukan tambahan Amerika, yang meliputi pasukkan pengendali drone baik yang dipersenjatai maupun tanpa senjata, yang kini dalam perjalanan menuju kawasan Teluk, bertujuan untuk mengantisipasi kemungkinan ini? Wallahualam. rmol news logo article

Penulis adalah pengamat politik Islam dan demokrasi

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA