Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

WAWANCARA

Kampanye Akbar Prabowo Sempat Dikhawatirkan Beraroma Politik Identitas

Jumat, 12 April 2019, 09:05 WIB
Kampanye Akbar Prabowo Sempat Dikhawatirkan Beraroma Politik Identitas
Foto/Net
rmol news logo Sorotan Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono mengenai kampanye akbar Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Gelora Bung Karno pada 7 April 2019, menuai perhatian.

SBY sempat menyurati elite partainya untuk memberi pesan kepada Prabowo, karena kampanye itu dinilai tak lazim dan tidak inklusif.

Surat SBY itu ditujukan kepada Ketua Dewan Kehormatan (Wanhor) PD Amir Syamsuddin, Wakil Ketua Umum PD Syarief Hasan dan Sekjen PD Hinca Panjaitan. Pesan SBY itu tersebar di WhatsApp dan dibenarkan politikus PD Andi Arief.

Di awal pesannya, SBY, pada Sabtu 6 April 2019, men­gaku mendapat informasi yang mengandung kebenaran mengenai kampanye akbar Prabowo-Sandi di Gelora Bung Karno (GBK). SBY menyebut, kampanye akbar Prabowo- Sandi mengandung unsur ketidaklaziman.

Maksudnya tidak lazim adalah, karena kampanye terse­but terkesan beraroma politik identitas, sehingga tidak mencerminkan kampanye nasional yang inklusif.

Ketua Dewan Kehormatan PD Amir Syamsuddin mengatakan, selama ini bergulir kesan, politik identitas sudah sedemikian masifnya. SBY, lanjut Amir, khawatir kesan politik identitas itu mencapai puncaknya dalam kampanye akbar paslon capres-cawapres 02 di GBK.

Amir pun diminta menyampaikan surat tersebut kepada Prabowo-Sandi sebelum kampanye berlangsung.

Lantas, apa saja isi surat yang disampaikan SBY tersebut? Saran apa yang diberikan SBY kepada Prabowo-Sandi? Bagaimana pula tanggapan Gerindra terhadap saran SBY tersebut? Apakah benar mereka menjual politik identitas dalam kampanye itu? Berikut penuturan lengkapnya.

Andre Rosiade: Kampanye Sudah Bhinneka Tunggal Ika

Bagaimana tanggapan Gerindra mengenai surat SBY itu?

Tidak ada masalah ya, kan Pak SBY bertanya di internal. Coba tolong cek, benar tidak isu beginian. Sudah dicek dan sudah dilihat, kenyataannya kan berbeda dengan yang dikhawatirkan. Saya dapat informasi, Senin sore, Pak SBY sudah senang dan puas dengan kampanye itu.

Kampanye itu terbuka un­tuk seluruh agama?
Iya, acara kampanye itu terbu­ka untuk seluruh agama. Pendeta juga ada yang berpidato, berorasi dan berdoa. Karena acara itu ju­ga dihadiri umat Kristiani. Jadi apalagi. Kampanye kemarin itu sudah sangat Bhinneka Tunggal Ika.

Kampanye itu diawali salat subuhdan dzikir bersama. Mungkin itu yang membuat khawatir?
Memang apa salahnya salat Subuh dulu. Jadi begini ya, kami itu diminta sebelum siang harus selesai. Pengelola GBK itu mintanya dari pagi acaranya. Harusnya kampanye pemilu itu kan jam 9 pagi, sampai jam 6 sore.

Kenapa KPU memperbolehkan?
Karena itu tadi, pengelola GBK mintanya siang kami harus sudah pergi. Jadi, mintanya acaranya dari pagi. Kalau dari pagi, umat Islam harus salat subuh dulu. Memang apa salahnya subuh berjamaah. Kami saja tidak mempermasalahkan kampanye yang goyang dangdutan. Kenapa mempermasalahkan orang salat.

Mungkin salat berjamaahnya terlihat menonjol...
Salahnya apa salat subuh berja­maah. Apakah dosa. Apakah lebih baik goyang dangdutan. Tidak ada salahnya kan, umat Islam yang diminta acara pagi, melaksanakan salat subuh dulu. Kalau yang datang dari dini hari tahajud dulu, dzikir bersama sampai jam 7 pagi. Umat Krstiani juga datang. Setelah itu, masing-masing pendeta berpidato di depan, lalu ada doa bersama.

Mungkin kampanye kubu Anda dinilai kurang Pancasilais?
Apakah lebih berharga goyang dangdutan daripada ibadah bersama, kok sampai dipermasalahkan. Kalau salat subuh dipermasalahkan, artinya mereka yang tidak Pancasilais.

Mereka yang tidak memahami Undang-Undang Dasar 45. Mereka yang tidak memahami kebhinne­kaan. Mereka yang tidak memahami NKRI.

Saran Anda?
Setiap warga negara di Indonesia dilindungi undang-undang, diatur undang-undang untuk melaksanakan ibadahnya masing-masing. Umat Islam boleh salat. Harusnya jangan dipermasalahkan salat subuh berja­maah. Apakah lebih hebat goyang dangdut daripada salat. Masak yang bermunajat salah, sedang­kan yang joget-joget boleh.

Berarti, ada salat subuh berjamaah dalam kampanye, cuma karena jadwalnya harus sejak pagi ya?
Iya. Kami juga inginnya acara siang, tapi memang pen­gelola GBK-nya tidak mau. Kalau acaranya pagi, tentu orang harus salat subuh dulu. Masak gara-gara kampanye, urusan sama Allah hilang. Kalau ada yang mempertanyakan umat Islam yang shalat, dan lebih menghargai dangdut, artinya orang itu tidak menghargai Pancasila. Sila Pertama itu Ketuhanan Yang Maha Esa.

Mungkin kampanye ini dianggap kurang ter­buka...
Tak ada yang salah sebetulnya salat bersama, toh kampanye itu ter­buka untuk pendeta Kristen, Katolik, Budha dan Hindu. Mereka berpidato dan memimpin doa buat umatnya masing-masing. Banyak umat agama lain yang hadir, dan acara itu sangat majemuk, kenapa diributkan.

Tapi dengan adanya acara seperti itu, tetap ada kesan menjual politik identitas...
Coba saya tanya, politik identitasnya di mana. Ada pendeta-pendeta yang berpidato dan berdoa. Kalau karena umat Islam beribadah bersama, ya wa­jar dong. Masak umat Islam tak boleh ibadah bersama. Kan agama Islam memang menyarankan agar ibadah itu berjamaah, keutamaannya lebih tinggi dari pada sendiri-sendiri.

Hinca Pandjaitan: Pesan Pak SBY Sudah Dijalankan

Apa maksud SBY memberikan saran dan kritik terhadap model kampanye akbar Prabowo-Sandi?
Kata kuncinya itu inklusifit­asnya ya. Jadi, pesan yang ingin disampaikan Pak SBY itu bukan pada hal yang lain, tetapi inklusi yang terbuka pada semuanya.

Bagaimana setelah pesan itu sampai?
Malam itu, pesan tersebut sampai. Setelah itu, semua tampil, tokoh-tokoh yang me­wakili agama lain. Jadi, artinya pesan itu sudah sampai ke Pak Prabowo. Sudah dijalankan.

Apakah benar, AHY dilarang hadir di acara kampanye akbar Prabowo-Sandi?

Saya harus menyatakan, tidak ada pelarangan itu. Kami pun sudah meny­iapkan, kalau seandainya Mas AHY tidak bisa, Sekjen atau Pak Syarif Hasan yang hadir. Kami sudah siapkan semua taha­pannya itu.

Kenapa tidak hadir?
Posisi Mas AHY, malam itu tidak dalam kondisi fit sekali untuk tampil. Bahkan, malam itu pun beliau tidak bisa menemani Bu Ani di dalam ruangan, namun di sebelah ruangan yang ditunggui hingga akhirnya dia mendapatkan pesawat paling malam untuk kembali ke Tanah Air. Pagi itu pun saya masih komunikasi dengan beliau, terus beliau menyampaikan ketidakfitan beliau. Karena beliau ini ingin tampil yang betul-betul fit.

Apakah ketidakhadiran AHY se­olah keretakan dalam koalisi Adil-Makkur antara Partai Demokrat dengan lainnya?
Sama sekali tidak ada. Anda bisa menyaksikan bagaimana Mas AHY tampil sangat prima di Bandung. Dia menggunakan kesempatan den­gan sempurna, bagaimana pikiran-pikiran Partai Demokrat dan juga sikap Koalisi Adil-Makmur yang mendukung capres Pak Prabowo dan cawapres Pak Sandi.

Yakin tidak ada keretakan
?
Sama sekali keretakan itu tidak ada. Tidak ada perintah untuk tidak hadir, namun semata-mata karena Mas AHY kurang fit. Selain itu, panggung untuk kampanye ini masih banyak, dan tentu setiap titik bisa sama, berganti-gantian. Justu paling bagus dia tersebar. Oleh karena itu, tidak ada larangan, bahkan sudah kita siapkan matang. Terbukti dengan adanya tim yang sudah ada di situ. Namun karena tidak fit, beliau tidak tampil. Kini beliau sudah istirahat dan sudah fit lagi. Sekarang sudah menjalankan aktivitas kembali.

Terus mengenai hubungan dengankoalisi?
Minggu malam, saya bertemu dan berdiskusi lagi dengan sahabat saya, Ahmad Muzani dari Gerindra dan ada teman-teman yang lainnya di sana. Kami bicara lagi men­genai tahapan berikutnya. Kami selesaikan poin-poin tersebut. Oleh karena itu, isu keretakan tidak benar.

Apakah dalam sisa masa kam­panye, AHY akan tampil bersama Prabowo-Sandi?
Kemarin kita juga diskusikan kemungkinan di mana titik temunya. Mudah-mudahan masih bisa hingga tanggal 13 ini, paling tidak harapan masyarakat dan dukungan kaum muda milineal. Main basketnya Mas AHY dan Mas Sandi itu sesuatu yang juga sangat baik.

Kemudian, tampilnya Pak Prabowo dan Mas AHY di Bandung juga baik.

Maka, tidak di semua titik harusbersama-sama. Karena, begitu banyak. Biarlah Pak Prabowo di Yogyakarta misalnya, Mas Sandi di Sumatera Utara, Mas AHY di Jawa dan ini terus berjalan hingga 13 April.

Apa tanggapan Partai Demokrat terhadap Prabowo yang dituding pro khilafah?
Justru saya ingin meluruskan, bahwa Pak Prabowo itu bukan pro pada khilafah. Ketika pertama kali tampil di panggung setelah perkenalkan tokoh-tokoh partai yang ada di situ, beliau menyatakan bukanlah pendu­kung khilafah. Karena, soal-soal yang harus disampaikan adalah kebangsaan kita. Itulah pesan yang tinggi dari Pak SBY kepada pasangan capres ini. rmol news logo article 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA