Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ekspor Kopi Indonesia Ke Jepang Cukup Signifikan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Senin, 01 April 2019, 03:40 WIB
Ekspor Kopi Indonesia Ke Jepang Cukup Signifikan
Biji Kopi/Net
rmol news logo Kopi dalam bentuk green bean yang diekspor Indonesia merajai pasar di Jepang. Meski, masih kalah dibandingkan sejumlah komoditas pertanian lain yang hampir persen berjaya di negeri Sakura.  

“Ekspor kopi Indonesia mencapai 45 persen dari total potensi ekspor,” kata Atase Pertanian KBRI Tokyo, Sri Nuryanti di Jakarta, Minggu (30/3).

Tidak hanya kopi, ekspor kakao juga signifikan. Sebagian besar telah berupa produk olahan, antara lain butter, fat dan oil, bubuk, pasta dan sedikit sisanya berupa biji asalan.

Sementara jenis rempah yang banyak diekspor ke Jepang adalah lada, kemiri, jahe, panili, kunyit, kayu manis, cengkeh, dan kapulaga.

“Gambaran ekspor ini menunjukkan dominasi subsektor perkebunan. Terdapat juga ekspor komoditas hortikultura dan tanaman pangan, namun realisasinya belum optimal,” tambah Sri.

Kata Sri, ekspor Indonesia untuk stek dan umbi batang tanaman hias telah optimal. Namun, untuk bunga potong, realisasi ekspor Indonesia baru 44 persen dari total potensi ekspor sehingga masih perlu ditingkatkan.

“Jepang merupakan pasar potensial untuk bunga krisan, anggrek dan dracaena,” jelasnya.

Dalam hal produk tanaman pangan dan peternakan, masih kata Sri, Indonesia bukan pemain di pasar Jepang. Bahkan tidak termasuk di dalam 20 besar negara asal ekspor produk tanaman pangan maupun peternakan di Jepang.

Meskipun telah ada lima unit usaha yang memegang ijin ekspor produk olahan daging unggas ke Jepang, realisasi ekspor Indonesia untuk produk peternakan baru mencapai 3 persen dari total potensi ekspor yang ada.

Sri menjelaskan bahwa data ekspor menunjukkan 107 pos tarif produk peternakan yang diimpor Jepang dari pasar dunia termasuk Indonesia dan bervariasi mulai dari binatang hidup hingga produk olahan dan sisa produk yang tidak dapat dimakan.

Kata Sri, tarif impor untuk produk peternakan Indonesia yang dikenakan Jepang tergolong tinggi, rata-rata mencapai 23,6 persen (ad valorem). Terdapat 8 pos tarif untuk susu dan produk susu dengan tarif impor di atas 100 persen, bahkan dua di antaranya lebih dari 200 persen.

Namun, ada 48 pos tarif yang dikenakan 0 persen tarif impor. Hal ini berlaku untuk jeroan, telur, kulit, dan bulu unggas termasuk kalkun, itik, dan burung; daging dan jeroan dari domba, kuda, kambing, kelinci, serta marmot; dan beberapa produk yang termasuk kategori bibit.

Tarif impor untuk produk daging dan olahan daging yang diberlakukan Jepang untuk Indonesia beragam, dari rendah ke tinggi, yaitu berkisar dari 7 persen untuk olahan daging dan jeroan itik, hingga 25 persen untuk olahan daging dan jeroan sapi.

Tarif bukanlah hambatan ekspor bagi produk peternakan. Kesulitan menembus pasar ekspor Jepang adalah memenuhi standar keamanan dan kesehatan pangan. Oleh karena itu, apabila suatu produk/komoditas telah diterima di pasar Jepang, maka akan lebih mudah diterima di pasar ekspor negara lain. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA