Suatu ketika Rasulullah didatangi seorang saÂhabat Nabi dengan mengatakan, al-hamdulillah saya sudah lama tidak lagi makan siang. RaÂsulullah bertanya kenapa? Maka ia menjawab karena berpuasa sepanjang hari. Rasulullah bukannya memberikan apresiasi positif tetapi marah dengan mengatakan, aku Nabi tetapi masih memberi hak terhadap anggota badan untuk makan. Dalam hadis lain Rasulullah meÂminta sahabat-sahabatnya cukup dengan puaÂsa Daud atau puasa Senin-Kamis.
Tidak lama kemudian datang lagi seÂorang sahabat kepadanya dan menyampaiÂkan kepada Rasulullah, al-hamdulillah, suÂdah lama saya tidak tidur malam. Rasulullah bertanya kenapa? Sahabat itu menjawab, malam-malam aku gunakan shalat sepanÂjang malam. Rasulullah menjawab dengan agak kesal dengan mengatakan, saya ini Nabi tetapi tetap memberikan hak-hak badan saya untuk tidur.
Sahabat lain datang lagi menyampaikan kepada Rasulullah kalau dirinya sudah tidak pernah lagi berhubungan suami-istri. RasuÂlullah bertanya kenapa? Lalu menjawab haÂbis waktu saya untuk beribadah dan memÂbersihkan diri. Rasulullah menanggapinya dengan agak marah, saya ini Nabi tetapi masih tetap memberikan hak-hak kepada isÂtri-istri saya.
Dialog Rasulullah dengan sahabat-saÂhabatnya sebagaimana dijelaskan di atas menunjukkan, beribadah sekalipun jika berÂlebihan juga tidak baik. Segala sesuatu yang berlebihan (
al-ghuluw) adalah tidak baik. Rasulullah pernah bersabda: "Sebaik-baik urusan ialah yang dilakukan dengan biasa-bisa atau sedang-sedang saja, sekalipun itu sedikit". Apalagi perbuatan yang memperÂatasnamakan Islam dengan cara-cara kekÂerasan, seperti pengeboman dan penyanÂderaan (tasyaddud), samasekali tidak ada tempatnya di dalam agama.
Beragama secara berlebih-lebihan tidak sejalan dengan tujuan ibadah, yaitu untuk mewujudkan ketenangan, ketenteraman, keÂdamaian, dan kebahagiaan. Itulah sebabnya para ulama menetapkan kaedah:
Al-Ashlu fi al-'ibadah al-haram illa ma dalla 'ala jawazih (pada dasarnya semua ibadah itu haram keÂcuali yang ada dalil khusus yang membenarÂkannya).
Ukuran baik atau buruknya seseorang tidak diukur oleh berlebih-lebihannya seseorang dalam menjalankan ibadah, melainkan secara wajar menjalankan keseimbangan di dalam hidupnya. Rasulullah pernah mengatakan:
Khairun nas anfa'uhum lin nas (sebaik-baik manusia ialah yang bermanfaat bagi sesaÂmanya). Dalam Al-Qur'an surah al-Ma'un lebÂih tegas lagi menyatakan, orang-orang yang beragama secara palsu atau kamuflase ialah mereka yang tidak care dengan anak-anak yatim dan fakir miskin.