Ummah adalah masyarakat yang diideÂalkan di dalam Al-Qur'an dan dipraktekkan sejak Nabi Muhammad Saw. Konsep khaiÂra ummah menurut kedua ayat tersebut di atas ialah suatu komunitas masyarakat yang senantiasa menyerukan kepada kebaikan (
yad'un ila al-khair) dan menyuruh kepaÂda yang ma'ruf (
ya'murun bi alm'ruf), dan mencegah kemungkaran (
yanhauna 'an al-munkar). Kalangan mufassir menafsirkan kata al-khair sebagai kebaikan yang bersifat particular, termasuk di dalamnya karifan lokal (
local wishdom). Sedangkan kata al-ma'ruf lebih bermakna kebaikan yang bersifat uniÂversal. Untuk kebaikan particular masih perlu digunakan pendekatan persuasif, dari bawah ke atas (da'wah). Sedangkan kebenaran uniÂversal yang sudah menjadi common sense sudah perlu ditegaskan (amr). Perincian khaira ummah dijelaskan dalam ayat beriÂkutnya: Menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.
Penjabaran konsep khaira ummah daÂlam ayat tersebut di atas menurut kalangan tafsir ialah menebarkan energi positif teruÂtama kepada umat manusia tanpa membeÂdakan jenis kelamin, golongan, etnik, keÂwaarganegaraan, warna kulit, agama, dan kepercayaannya masing-masing. Tidak terÂmasuk khaira ummah bagi orang yang suka menghina dan menghujat orang lain. KebeÂnaran dan keadilan memang perlu ditegakÂkan tetapi dengan cara-cara terhormat dan bermartabat. Allah Swt mengenyampingkan pendekatan kekerasan di dalam menyeleÂsaikan persoalan umat. Atas nama apapun, untuk siapapun, kepada siapapun, dan dari manapun, kekerasan tidak pernah ada temÂpatnya di dalam Islam. Allah Swt sendiri meÂnegaskan:
La ikraha fi al-din (Tidak ada pakÂsaan untuk (memasuki) agama (Islam)/Q.S. al-Baqarah/2:256). Allah Swt menegaskan perlunya mengutamakan pendekatan keÂmanusiaan di dalam menyelesaikan setiap persoalan di antara umat manusia, Karena Allah Swt sendiri memuliakan manusia tanÂpa membedakan etnik, agama, dan keperÂcayaan, sebagaimana ditegaskan: Wa laqad karramna Bani Adam (Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam/Q.S. Al-Isra'/17:70).
Umat yang ideal selalu menebarkan keÂdamaian, persaudaraan, kerjasama satu sama lain. Dalam Islam tidak ada larangan untuk berbuat baik dan bekerjasama dengan orang-orang non-muslim. Nabi Muhammad Saw sendiri mencontohkan terbuka menÂerima kehadiran non-muslim di dalam lingÂkungan pemerintahannya. Salman al-Farisi, arsitek perang Nabi, sudah lama bergabung dengan Nabi seblum ia menjadi muallaf di akhir hayat Nabi. Demikian pula praktek para sahabat dan tabi'in, selalu memberi ruang terhadap kelompok non-muslim.