Masa Pembuangan
Dalam pertikaian perebutan kekuasaan melawan Kurawa bersaudara yang berjumlah seratus orang, Pandawa Lima sempat mengalami masa pembuangan.
Pada masa pembuangan tersebut terjadi suatu episode yang melukiskan kebijaksanaan Puntadewa.
Ketika Pandawa Lima sedang dalam kondisi kehausan di dalam hutan, Sadewa pergi mencari air minum untuk saudara-saudaranya. Setelah Sadewa tak kunjung kembali maka Nakula pergi menyusul. Namun Nakula juga tidak kembali maka Permadi menyusul yang kemudian disusul Werkudara.
Setelah keempat adindanya tak kunjung kembali maka pergilah Puntadewa mencari mereka.
Teka Teki Sesampai di tepi sebuah telaga, Puntadewa melihat seorang raksasa mengerikan berdiri di samping jenazah Werkudara, Permadi, Nakula dan Sadewa.
Sang raksasa kemudian berkata pada Puntadewa bahwa barang siapa ingin minum air dari telaga tersebut harus sanggup menjawab sebuah teka-teki yaitu makhluk apakah yang saat kecil berkaki empat dewasa berkaki dua dan setelah tua berkaki tiga?
Puntadewa menjawab bahwa makhluk itu adalah manusia yang di masa kecil belum sanggup berjalan maka merangkak dan setelah dewasa sanggup berjalan dengan kedua kakinya lalu setelah tua tubuhnya mulai bungkuk dan melemah kakinya maka membutuhkan tongkat sebagai penyangga tubuh.
(Di masa kini teka-teki itu bisa berubah menjadi “makhluk apakah apakah yang saat kecil berkaki empat, dewasa berkaki dua dan setelah tua berkursi rodaâ€).
Keadilan Sang raksasa kagum atas kemampuan Puntadewa menjawab teka-tekinya lalu menanyakan pada Puntadewa, jika ia dapat menghidupkan satu dari keempat saudaranya maka yang manakah yang akan dihidupkan.
Puntadewa bisa saja meminta Permadi atau Werkudara sebagai saudara kandungnya untuk dihidupkan namun Puntadewa menjawab bahwa Nakula lah yang ia minta untuk dihidupkan.
Ketika sang raksasa menanyakan alasannya maka Puntadewa menjawab bahwa jika keempat putra Pandu meninggal maka yang tersisa adalah seorang putra dari Dewi Kunti, maka sebagai putra sulung dari Dewi Kunti ia meminta Nakula, putra sulung dari Dewi Madrim.
Dengan demikian keturunan Pandu dari Dewi Madrim dan Dewi Kunti tetap hadir di dunia.
Sang Raksasa terharu atas jawaban tersebut lalu menghidupkan Bima, Permadi, Nakula, Sadewa. Sementara dirinya sendiri berubah menjadi Batara Darma yang turun ke marcapada demi menguji kebijaksanaan Puntadewa.
[***]
Penulis adalah Pembelajar Kebudayaan Nusantara