Kegelisahan Faktisitas

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/jaya-suprana-5'>JAYA SUPRANA</a>
OLEH: JAYA SUPRANA
  • Senin, 28 Januari 2019, 09:17 WIB
Kegelisahan Faktisitas
Jaya Suprana/Dok
SAMBIL menunggu ketibaan saat akhir hidup, saya berupaya memaanfaatkan masa sisa hidup dengan berupaya mencari makna apa yang disebut sebagai kehidupan.

Dalam pencarian makna hidup saya berupaya mempelajari pemikiran-pemikiran para mahapemikir yang telah pernah maupun sedang menempuh perjalanan hidup. Dalam perjalanan pencarian itu, saya menjumpai berbagai istilah mulai dari humanisme, theisme, atheisme, nihilisme, totalisme, sosialisme, aksiologisme, altruisme, utilitarianisme, eksistensialisme, absurdisme, sampai faktisitas.

Sartre


Karena saya bukan sang pencipta istilah maka saya hanya bisa belajar makna faksitisas sama halnya dengan sejarah yaitu sekedar berdasar kata orang lain saja.

Faktisitas adalah sebuah konsep yang didefinisikan oleh Sartre dalam Being and Nothingness sebagai keberadaan-dalam-diri-sendiri yang membedakan modalitas manusia antara berada dan tidak berada.

Faktisitas dipandang dalam hubungannya dengan dimensi waktu masa lalu sebagai keberadaan seseorang karena masa lalu turut membentuk jiwa raga seseorang.

Namun, kita tidak dapat mengenal seseorang hanya berdasar masa lalunya saja karena dengan demikian berarti kita mengabaikan sebagian besar kenyataan (yakni masa kini dan masa depan).
Jika kita mengatakan bahwa masa lalu seseorang sudah tidak lagi berlaku kini, itu sama saja tidak merujuk pada diri orang tersebut di masa kini. Penyangkalan masa lalu seseorang menghasilkan penilaian yang tidak benar sebab tidak faktual.

Hal yang sama berlaku pada jenis-jenis faktisitas tek terbantahkan yang lain misalnya, seorang manusia tidak dapat berlari lebih cepat daripada kecepatan suara atau mahluk hidup tidak bisa hidup kekal abadi sebab pasti akan mati.

Kegelisahan
 
Aspek faktisitas lain adalah keyakinan (atau kegelisahan?) bahwa fakta mengantarkan pada kegelisahan, baik ketika kebebasan menghadirkan kegelisahan ketika dibatasi fakta, dan juga ketika tidak ada kemungkinan menyalahkan fakta untuk sesuatu yang seharusnya menjadi tanggung jawab seseorang.

Aspek kebebasan eksistensial lain adalah bahwa seseorang dapat mengubah nilai-nilai yang dipegangnya. Dengan demikian, seseorang bertanggung jawab pada nilai-nilai yang dipegangnya, terlepas dari nilai-nilai yang dipegang masyarakat.

Fokus kebebasan menurut Sartre terkait dengan batasan tanggung jawab yang dipegang seseorang sebagai hasil dari kebebasan dirinya: antara kebebasan dan tanggung jawab terdapat hubungan hakiki yang saling bergantung bahkan saling melekat satu sama lain.

Sama halnya dengan kemelekatan hak dengan kewajiban. Maka apa yang disebut sebagai hak asasi manusia lestari menjadi masalah sebab belum ada yang membakukan apa yang disebut sebagai kewajiban asasi manusia.

Kesadaran

Faktisitas menyadarkan kita semua bahwa klarifikasi mengenai kebebasan juga wajib mengklarifikasi tanggung jawab seseorang.

Faktisitas menjadi penting untuk disadari  mereka yang sedang berupaya mencari apa yang disebut sebagai kebahagiaan yang pada hakikatnya mengandung nilai-nilai sangat subyektif, kontekstual, persepsional maka sangat nisbi tergantung pada dimensi siapa, bagaimana, kapan, aspek serta entah apa lagi yang sulit bahkan sebenarnya mustahil dipahami oleh daya pikir manusia yang memang terbatas jangkauannya akibat manusia memang tidak sempurna.[***]


Penulis Sedang Gelisah Mencari Makna Kehidupan
 

< SEBELUMNYA

Hikmah Heboh Fufufafa

BERIKUTNYA >

Dirgahayu Indonesia

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA