Jauh sebelum agama-agama besar datang ke negeri ini seperti Hindu, Budha, Protestan, KatoÂlik, Islam, dan Khonghucu, bangsa Indonesia suÂdah mengenal sistem religi, bahkan sejumlah etÂnik sudah mengenal konsep Tuhan Yang Maha Esa, seperti masyarakat Bugis-Makassar sebaÂgaimana disebutkan di dalam Lontara (manusÂkrip kuno tercatat di dalam daun lontar, yang kini tersimpan di museum Belanda). Dalam Lontara terungkap bahwa masyarakat Bugis-Makassar sudah mengenal kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang diistilahkan dengan Dewata Sewwae (Dewata=Tuhan, Sewwa=Esa). Dalam Epik Lagaligo, yang oleh Prof. Zainal Abidin diseÂbut sezaman dengan Nabi Muhammad, abad ke 6 M.) masyarakat Bugis Makassar sudah ber-DeÂwata Sewwa atau berketuhanan yang maha esa.
Bukti-bukti arkeologis dan antropologis menunjukÂkan adanya aktifitas manusia prasejarah di kawasan Nusantara semenjak ribuan tahun lalu. DitemukannÂnya beberapa fosil manusia purba, sebagaimana dijeÂlaskan dalam artikel terdahulu, menunjukkan adanya aktifitas budaya dan peradaban serta sistem religi di dalam kehidupan mereka. Atas dasar ini sulit untuk diterima bahwa Hindu dan Islam yang memberi beÂkas di dalam seni, budaya, dan peradaban nusantara, seolah-olah agama-agama tersebut memasuki ruang yang hampa budaya dan agama lalu mengisi kekoÂsongan itu. Justru para raja lokal serta merta memeluk agama Hindu-Budha kemudian Islam kerena diangÂgapnya bagian dari kelanjutan dari sistem religi yang dipertahankan secara turun temurun.
Seorang petualang popular, Ptolemaus, penÂemu banyak negeri, menggambarkan adanya kepulauan yang disebut Khersonesos (Yunani: Pulau emas) dan sejarah China yang disebutnya dengan Ye-po-ti yang di antaranya diperkenalkan dengan Jabadiou/Jawa. Di zaman ini sudah dikeÂnal wilayah Jawadwipa, Swarnadwipa, Bugis, dan lain-lain. Masyarakat yang menghuni kepulauan ini sudah mengenal sistem religi dan memperÂcayai adanya kekuatan gaib dan sistem penyemÂbahan terhadap kekuatan gaib tersebut. Ini memÂbuktikan bahwa kemudahan masyarakat bangsa Indonesia memeluk agama yang baru dikenalnya karena mereka sudah memiliki pengalaman batin, yang antara satu sama lain agama-agama yang datang ke negeri ini memiliki unsur persamaan.
Analisis sistem budaya juga menggambarkan masa ini sebagai masa akulturasi yang amat pentÂing, di mana budaya dan sistem religi luar bisa beÂradaptasi dalam konteks budaya kepulauan NuÂsantara. Di dalamnya ada pengaruh Hindu, Arab (Islam), Cina, Portugis, dan Inggeris. Sistem buÂdaya, sistem religi, sistem ekonomi, dan sistem teknologi sudah banyak ditemukan di pusat-pusat kerajaan Nusantara sejak dahulu kala. Namun perkembangan system religi di dalam masyarakat selalu mengalami perkembangan.