Bukan hanya di Baitul Hikmah, kerajaan-kerajaan lain dunia Islam berlomba mengolekÂsi buku-buku dari berbagai bahasa. PerpusÂtakaan dunia Islam masa silam yang pernah jaya dengan mengoleksi berbagai karya-karya langka antara lain: Baitul Hikmah di Bagdad, Al- Haidariyah di An-Najaf, Ibnu Sawwar di Basrah, Sabur, Darul Hikamah di Kairo, dan sejumlah perpustakaan di sekolah/madrasah atau pusat-pusat kajian. Selain perpustakaan terbesar tadi, masih ada sejumlah perpustakaan khusus dengan masing-masing koleksinya yang secara khusus, seperti perpustakaan semi umum yang didirikan oleh para khalifah. Di antara perpustaÂkaan tersebut ialah: Perpustakaan An-Nashir li Dinillah, Perpustakaan Al-Muzta'sim Billah, dan Perpustakaan Khalifah–Khalifah Fathimiyah.
Masih ada juga perpustakaan yang meruÂpakan perpustakaan pribadi yang memiliki seÂjumlah koleksi, seperti yang dilakukan oleh keÂluarga para raja. Perpustakaan jenis ini antara lain: Perpustakaan Al-Fathu Ibnu Haqam, PerÂpustakaan hunain Ibnu Ishaq, Perpustakaan IbÂnul Harsyab, Perpustakaan Al-Muwaffaq Ibnul Mathran, Perpustakaan Al-Mubasysir Ibnu FaÂtik, dan Perpustakaan Jamaluddin Al-Qifthi.
Di abad petengahan, perpustakaan-perpustaÂkan dunia Islam ramai dikunjungi dari berbagai kalangan, karena di Eropa ketika itu masih gelap-gulita. Mungkin sudah ada koleksi di gereja-gereÂia atau di lingkungan istana, tetapi samasekali tidak bisa dibandingkan dengan perpustakaan di dalam dunia Islam. Lagi pula, perpustakaan di dalam dunia Islam ketika itu bukan hanya berdiri sendiri sebagai perpustakaan (ruang baca) tetapi betul-betul digunakan sebagai pusat pemberÂdayaan masyarakat. Para ahli bahasa diberikan biaya yang cukup untuk menerjemahkan buku-buku yang berbahasa asing ke dalam bahasa Arab atau bahasa Persia.
Gairah keilmuan orang-orang di abad pertenÂgahan memang luar biasa. Bayangkan misÂalnya Ibn Hazm, yang dikenal sebagai ulama yang hebat, mampu menulis kitab 400 jilid denÂgan perkiraan sekitar 80.000 halaman. Nama lain ialah Ibn Hajar al-’Asqallani yang menulis Syarah Hadis Imam Bukhari yang berjilid-jilid. Pernah ada orang yang menghitung, jika dihiÂtung halaman buku yang pernah ditulis oleh Al- Thabari dikalikan dengan umurnya maka rata-rata sehari menulis sekitar 5 halaman. Nama lain yang tidak asing di Indonesia ialah Imam Syafi', Imam Al-Gazali, dan Ibn 'Arabi, yang menulis kitab berjilid-jilid dari berbagai disiplin ilmu. Gairah ilmiah di abad pertengahan belum bisa ditandingi oleh para ilmuan pada abad seÂsudahnya.
Sifat perpustakaan dunia Islam ketika itu antara lain: 1) Untuk mengoleksi buku-buku dari mana pun asalnya untuk memberikan wawasan kepada ilmuan muslim. 2) Untuk disalin atau diÂgandakan ke daerah-daerah lain, maklum keÂtika itu belum ada foto copy atau mesin cetak canggih seperti sekarang.