Peneliti Lingkaran Politik Indonesia (LSI) Adjie Alfaraby mengatakan, kampanye sensasi sebenarnya hanya untuk mencari popularitas. Padahal dua paslon sudah sangat dikenal oleh publik.
"Apalagi kalau kita lihat dari sisi pertarungan sudah dua kali, bukan pertarungan pertama. Publik tahu betul siapa Jokowi dan siapa Prabowo," ujarnya dalam diskusi 'Narasi Gaduh, Politik Kisruh' di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (17/11).
Mestinya, lanjut Adjie, Jokowi tidak mengembangkan berbagai gimik seperti "politisi genderuwo" ataupun "politisi sontoloyo".
Petahana itu juga harusnya tidak menghiraukan gimik negatif yang disampaikan pihak lawan ataupun menciptakan gimik baru. Begitu pula dengan Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf.
"Jangan-jangan ada kepanikan dari pihak petahana kalau menanggapi
tone negatif," ucap Adjie.
Sementara itu, untuk kubu oposisi, harusnya mereka juga tak banyak menyampaikan gimik negatif seperti "tampang Boyolali" sebagaimana yang disampaikan Prabowo.
"Butuh tawaran yang lebih konkret. Bukan hanya kritik, tapi butuh alternatif isu," pungkas Adjie.
[rus]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: