Istri-istri Nabi terutama Aisyah, telah menÂjalankan peran politik penting. Selain Aisyah, juga banyak perempuan lain yang terlibat daÂlam urusan politik, mereka banyak terlibat daÂlam medan perang, dan tidak sedikit di antara mereka gugur di medan perang, seperti Ummu Salamah (istri Nabi), Shafiyyah, Lailah Al-GhafÂfariyah, Ummu Sinam Al-Aslamiyah.
Sedangkan kaum perempuan yang aktif di dunia politik dikenal misalnya: Fatimah binti Rasulullah, 'Aisyah binti Abu Bakar, 'Atika binÂti Yazid ibn Mu’awiyah, Ummu Salamah binti Ya'qub, Al-Khoizaran binti 'Athok, dan lain seÂbagainya.
Dalam bidang ekonomi perempuan bebas memilih pekerjaan yang halal, baik di dalam atau di luar rumah, mandiri atau kolektif, di lemÂbaga pemerintah atau swasta, selama pekerÂjaan itu dilakukan dalam suasana terhormat, sopan, dan tetap menghormati ajaran agamanÂya. Hal ini dibuktikan oleh sejumlah nama pentÂing seperti Khadijah binti Khuwailid (istri Nabi) yang dikenal sebagai komisaris perusahaan, Zainab binti Jahsy, profesinya sebagai penyaÂmak kulit binatang, Ummu Salim binti Malhan yang berprofessi sebagai tukang rias pengantin, istri Abdullah ibn Mas'ud dan Qilat Ummi Bani Anmar dikenal sebagai wiraswastawan sukses, Al-Syifa' yang berprofesi sebagai sekretaris dan pernah ditugasi oleh Khalifah Umar untuk meÂnangani pasar Kota Madinah. Begitu aktif kaum wanita pada masa Nabi, maka Aisyah pernah mengemukakan suatu riwayat "Alat pemintal di tangan wanita lebih baik dari pada tombak di tangan kaum laki-laki". Dalam riwayat lain Nabi pernah mengatakan "Sebaik-baik permainan seorang perempuan muslimah di dalam rumahÂnya adalah memintal/menenun".
Jabatan kontroversi bagi kaum perempuan adalah menjadi Kepala Negara. Sebagian ulama masih menganggap jabatan ini tidak layak bagi seorang wanita, namun perkembanÂgan masyarakat dari zaman ke zaman penduÂkung pendapat ini mulai berkurang. Bahkan, Al-Maududi yang dikenal sebagai ulama yang secara lebih tekstual mempertahankan ajaran Islam sudah memberikan dukungan kepada Fatimah Jinnah sebagai orang nomor satu di Pakistan.
Dalam bidang pendidikan tidak perlu diraguÂkan lagi. Al-Qur'an dan hadits banyak memÂberikan pujian kepada laki-laki dan perempuan yang mempunyai prestasi dalam ilmu pengetaÂhuan. Al-Qur'an menyinggung sejumlah tokoh wanita yang berprestasi tinggi, seperti Ratu Balqis, Maryam Istri Fir'aun, dan sejumlah IsÂtri Nabi.
Dalam suatu riwayat disebutkan, Nabi perÂnah didatangi kelompok kaum perempuan yang memohon kesediaan Nabi untuk menyisihkan waktunya guna mendapatkan ilmu pengetaÂhuan. Dalam sejarah Islam klasik ditemukan beberapa nama wanita yang menguasai ilmu pengetahuan penting seperti 'Aisyah istri Nabi, Sayyidah Sakinah, putri Husain Ibn Ali ibn Abi Thalib, Al-Syekhah Syuhrah yang digelari denÂgan "Fikhr al-nisa" (kebanggan kaum waniÂta), adalah salah seorang guru Imam Syafi', Mu'nisat al-Ayyubi (saudara Salahuddin Al-ayyubi), Syamiyat al-Taimiyah, Zainab, putri seÂjarawan Al-Bagdady, Rabi'ah al-Adawiyh, dan lain sebagainya. Keberadaan Nabi Muhammad Saw tidak bisa dipisahkan dengan pembebasan kaum perempuan dari belenggu tradisi misoginis, sebuah paham teologi yang mengharuskan seseorang membenci perempaun karena merÂeka yang menyebabkan anak manusia turun dari langit kebahagiaan ke bumi penderitaan.