Sebelumnya, gempa berkekuaÂtan 7,4 magnitudo yang diikuti tsunami di Palu memakan ribuan korban jiwa. Hingga saat ini tercatat korban meninggal dunia mencapai 1.203 orang. Saat ini proses evakuasi dan pendataan masih terus dilakukan.
Bagaimana proses tersebut akan dikordinasi termasuk penyalurannya, berikut wawanÂcara dengan Wiranto usai rapat bersama sejumlah Duta Besar di Kantor Menkopulhukam, Jakarta, kemarin.
Bagaimana instruksi Presiden dalam rangka membuka akses bantuan internasional bagi korban gempa di Palu, Donggala?Presiden memang telah memÂbuka akses bagi negara-negara asing untuk memberikan banÂtuan dalam bencana gempa dan tsunami di Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah. Saat ini sedang rapatkan kembali bagaimana teknis pemberian dan penyaluran bantuan tersebut bersama para duta besar.
Apa perlu pengenaan status bencana nasional dalam penÂanganan bencana gempa dan tsunami di Palu Donggala ini?Bukan, bukan. Ini tidak bicara status ini bicara soal kebutuhan.
Apa perlu inventarisasi korÂban gempa termasuk kerusaÂkan akibat bencana ini?Tawaran bantuan internasionalmemang perlu diinventarisasi terlebih dahulu, mengingat tidak semuanya bisa diterima oleh Pemerintah Indonesia.
Bisa dirincikan Negara yang sudah bersedia memberikan bantuan bagi korban gempa?Ya sedang kita atur. Nanti kita rapatkan, negara yang menawarkan sudah banyak, banÂyak sekali. Mulai dari ASEAN maupun dari negara di kawasan Eropa dan Amerika. Banyak taÂwaran dan akan kita bincangkan dengan mereka. Untuk itu, kami akan memanggil beberapa dubes untuk membicarakan bantuan yang ditawarkan. Pemerintah sudah memiliki target terkait penanganan pengungsian. Sudah ada 18 negara yang sudah meÂnawarkan bantuan tersebut.
Bisa disebutkan Negara-negara atau lembaga asing yang peduli dengan korban gempa di Palu Donggala tersebut?Antara lain dari Amerika Serikat, Prancis, Ceko, Swiss, Norwegia, Hunggaria, Turki, Uni Eropa, Australia, Korea Selatan, Arab Saudi, Qatar, New Zealand, Singapura, Thailand, Jepang, India dan China. Juga termasuk UNDP dan kelompok organisasi internasional Asean sendiri juga sudah menawarkan.
Sebenarnya apa yang meÂlatarbelakangi sehingga peÂmerintah Indonesia bersedia menerima bantuan asing untuk membantu korban gempa ini?Ada beberapa alasan mengenai keputusan menerima banÂtuan dari luar negeri tersebut. Keputusan itu tentu berdasarÂkan satu pertimbangan bahwa Indonesia sudah menjalin hubunÂgan persahabatan dan kerja sama dengan banyak negara. Bahkan, kunjungan Presiden RIJoko Widodo ke negara-negara sahaÂbat itu juga dalam rangka menÂjalin dan mempererat hubungan bilateral maupun multilateral.
Maksudnya?Di sanalah (dalam hubunÂgan antara Negara) kemudian terjalinsatu hubungan yang saling menguntungkan dan membantu. Sehingga pada saat tawaran-tawaran dari negara-negara sahabat untuk membantu penanganan bencana di Palu itu sudah begitu banyak maka tentu kita mengapresiasi bantuan itu, sebab bantuan itu adalah buah kunjungan dari Presiden kita ke negara-negara lain yang kemuÂdian membuahkan satu perasaan partisipasi, perasaan solidaritas antar negara, dan ini tentu tidak bisa ditolak.
Adakah pertimbangan lain misalnya karena pemerintah Indonesia juga sering peduli dengan korban gempa di luar negeri?Memang ada. Pertimbangan lain Indonesia menerima banÂtuan dari luar negeri itu adalah karena Indonesia sudah seringÂkali berikan sumbangan dan banÂtuan ke negara yang mengalami musibah. Dalam catatan kami, Indonesia telah memberikan bantuan musibah yang terjadi di Bangladesh seperti pengungsi Rohingya.
Kemudian gempa bumi di Nepal, kekeringan di Somalia, dan bantuan untuk Papua Nuginie. Artinya soal bantu memÂbantu merupakan satu tradisi internasional yang perlu kita apresiasi. Maka atas kebutuhan adanya mobilisasi beberapa kebutuhan untuk meringankan saudara-saudara kita di Palu dan sekitarnya maka diputuskan unÂtuk kita menerima bantuan
Bagaimana teknis pembeÂrian bantuan tersebut agar lebih tepat sasaran, mengingat saat ini ada ribuan korban gempa yang belum tersentuh oleh bantuan pemerintah?Bantuan-bantuan internaÂsional itu akan diarahkan supaya tepat barang, tepat kebutuhan dan tepat waktu. Dijelaskan bahwa arah bantuannya yaitu pertama adalah negara yang menawarkan. Kemudian, negara tertentu yang punya kapasitas untuk sesuatu yang dibutuhkan. Bantuan tersebut bisa juga berÂwujud barang, alat, dan keahlian tertentu. Karena yang terpenting adalah timeframe nya tepat, teÂpat waktu datangnya sehingga saat dibutuhkan betul-betul ada nilai gunanya. ***
BERITA TERKAIT: