Lantas apakah dia benar bergabung? Lalu siapa lagi yang akan bergabung ke timses Prabowo-Sandi? Dan bagaimana progres pembentukan timsesnya? Berikut penuturan bakal ketua timses Prabowo-Sandi, Djoko Santoso.
Bagaimana perkembangan pembentukan timses?
Jadi kemarin kami baru koÂmunikasi lagi, cuma belum selesai masalah administrasinya. Sebenarnya struktur sudah jadi, nama-nama pun sudah masuk, tinggal kami teliti lagilah kira-kira ini oke atau enggakoke. Kan ada usulan dari beberapa partai, dan ada banyak nama yang diÂusulkan. Nah nanti jangansamÂpai ketika diumumkan ada yang mundur gitu lho.
Di cara kemarin kan ada Buni Yani. Dia sudah fixed masuk di timses? Iya...iya masuk.
Posisi dia apa nanti? Tim medsos (media sosial) dia.
Selain Buni Yani siapa lagi yang akan bergabung? Ya ada, ada yang masuk dan ada yang menyusul. Artinya kami inventarisir dululah. Akan tetapi kami enggak akan mengumumkan nama-nama kalau beÂlum ada keputusan. Sementara keputusan itu bukan dari saya sendiri.
Saya hanya mengonsep naÂmun persetujuan ada di tangan Pak Prabowo, Pak SBY, Pak Zulkifli Hasan, dan Pak Sohibul Iman.
Kalau Gatot Nurmantyo bagaimana? Sampai saat ini di koran sudah ada pernyataan dari beliau, yang mengatakan bahwa Pak Gatot enggak ke mana-mana, netral saja. Kan sudah ada di koran hari itu, jadi kami hormatilah pilihanÂnya dalam demokrasi.
Lalu untuk pembentukan struktur timses bagaimana kemajuannya? Belum ada, kan masih dalam proses. Nantilah kalau sudah wakÂtunya kami ungkap semuanya.
Kenapa timses belum final juga? Lho kan belum waktunya. Kan masih ada beberapa hari, nanti sajalah.
Sejauh ini apa saja langkah yang sudah disiapkan oleh timses? Sudah ada senior saya menghubungi, tapi belum ada satu pun yang menjawab dengan pasti.
Lalu apa langkah selanjutÂnya? Apa yang bisa kami lakuÂkan, maka akan kami lakukan. Mengenai strategi yang sering ditanya jelas ada, tapi itu kan raÂhasia. Enggak ada strategi yang diumbar-umbar. Yang namanya strategi itu pasti dirahasiakan.
Tidak disiapkan strategi khusus? Begini, menurut pendapat saya, saat ini pekerjaan kita itu bagaimana kita merebut hati dan pikiran rakyat. Menurut saya tidak ada gunanya melakukan langkah yang megah-megah dan sebagainya kalau kita tidak bisa merebut hati dan pikiran rakyat.
Beberapa hal yang dilakukan supaya kita merebut hati dan pikiran rakyat paling gampang kita tersenyum, bisa ramah tamah kepada rakyat, tidak meÂnyakiti hati rakyat, kita beretika, sopan santun kepada rakyat. Sebenarnya pemilu ini perang merebut hati dan pikiran rakyat, bagaimana kita tampil untuk meringankan rakyat.
Dari kubu Anda kan sempat ada usulan debat menggunaÂkan bahasa inggris. Apa tangÂgapan Anda terkait usulan tersebut? Ya itu bisa-bisa saja, silakan KPU yang aturlah. Itu kan bukan wewenang saya.
Kemarin kan Melati Putih mendeklarasikan dukungan. Bagaimana tanggapannya? Jadi begini, saya juga sebetÂulnya diundang ini dari Melati Putih Indonesia. Mereka meminjam tempat pada istri saya, maka difasilitasi di sini. Pas kebetulan saya memang ketua tim sukses, ibu-ibu ini pinjam tempat dan pas kebetulan temÂpat saya.
Apa sasaran dari deklarasi tersebut? Ya sasarannya tanya ibu-ibu itu dia mau apa. Yang penting tiap pikirannya, tiap hatinya itu paham apa yang dihadapi, apa yang menjadi tantangan, dan apa yang harus dilakukan. Pesan saya itu bahwa ini perebutan hati dan pikiran rakyat, jadi harus menghormati rakyat, dan harus punya etika dan sopan santun harus selalu tampil dalam segala kesulitan rakyat.
Bagaimana pandangan kubu Anda soal kekuatan ibu-ibu? Ibu-ibu merupakan salah satu komponen dalam struktur masyarakat, di mana sekarang atau saat-saat ini ibu-ibu ini dan kaum perempuan menuntut emansipasi, dan semakin terÂbuka. Dia sekarang sadar dan dia paham, maka dia menunjukan eksistensinya bahwa perempuan ada lho. Perempuan itu kan salah satu komponen bangsa juga. Dalam sebuah negara itu kan kedudukan penduduk peremÂpuan dan laki-laki sama ya kan. Makanya harus diperhitungkan juga bagi politisi.
Yang saya tahu posisi ibu-ibu itu sebetulnya sangat strategis. Lihat saja istri saya. Saat dia pergi ke TPS (Tempat Pemungutan Suara) dengan anak saya yang dua orang, pasti dia mempengarÂuhi anak saya ya kan? Dia pasti tanya nanti pilih siapa? Nah kan ada dialog. Kalau kita kan bapak-bapaknya pergi ya pergi saja sendiri. Jadi sebetulnya posisi ibu itu sangat startegis, apalagi ibu juga pendidik pertama dan utama dari generasi muda. ***
BERITA TERKAIT: