ToleransiSesuai pesan Gus Dur “Agamamu agamamu, agamaku agamaku†saya senantiasa berupaya menghormati dan menghargai sesama manusia dan sesama warga Indonesia yang kebetulan beragama beda dengan diri saya pribadi.
Di alam demokrasi, saya senantiasa berupaya menghormati dan menghargai sesama warga Indonesia tanpa pandang latar belakang paham politik atau keanggotaan partai politik.
Saya senantiasa berupaya menyadari bahwa mereka yang kritis terhadap pemerintah bukan berarti pasti adalah kaum penjahat yang hukumnya wajib untuk dihujat bahkan dikriminalkan.
Saya senantiasa berupaya mengerti dan memahami teman-teman sesama warga Indonesia yang mendambakan negara Islam seperti negara yang kebetulan bertetangga dengan Indonesia yaitu Malaysia.
Namun saya mengharapkan agar teman-teman sesama warga Indonesia yang mendambakan negara Islam juga berkenan menyadari serta memahami kenyataan bahwa para tokoh pejuang kemerdekaan bangsa, negara dan rakyat Indonesia secara konstitusional telah sepakat untuk mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia di atas landasan falsafah Pancasila.
IntoleransiMaka secara konstitusional mau pun selaras sila Ketuhanan Yang Maha Esa serta Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, saya tidak bisa dan tidak boleh bersikap toleran apabila sekelompok sesama warga Indonesia ingin memaksakan apa yang didambakan dirinya untuk harus menjadi kenyataan apalagi dengan menghalalkan segala cara sehingga tega hati melakukan angkara murka kekerasan bahkan pembinasaan terhadap sesama warga Indonesia seperti yang telah terjadi pada Tragedi 13 Mei 2018.
Apapun alasannya, angkara murka kekerasan pembinasaan terhadap sesama manusia tidak layak dibenarkan.
[***]Penulis adalah seorang rakyat Indonesia yang intoleran terhadap penindasan, penggusuran apalagi pembinasaan terhadap sesama rakyat Indonesia