BersejarahDalam pertemuan bersejarah di ibukota Korea Utara itu, Kim Jong Un menegaskan siap menunda peluncuran ujicoba misil nuklir bahkan siap berjumpa dengan musuh paling bebuyutan yaitu Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Dari Pyongyang, kemudian delegasi pimpinan Korsel ke Washington untuk menyampaikan uluran tangan perdamaian Kim ke Trump. Ternyata Donald Trump juga melunak dengan penegasan bahwa siap berjumpa dengan musuh bebuyutan dirinya yaitu Kim Jong Un.
Bersatu KembaliDari rentetan peristiwa bersejarah itu, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya negara yang disebut sebagai Korea Utara ingin bersatu kembali dengan negara saudara kandung mereka yang disebut sebagai Korea Selatan.
Bangsa Korea seperti halnya bangsa Vietnam dan Jerman memang berhasrat untuk bersatu kembali setelah terpecah belah akibat politik campur tangan bangsa-bangsa asing seperti yang kini sedang juga terjadi pada kemelut Suriah dan Yemen.
PerdamaianDi samping itu dari sikap positif dan konstruktif Kim dan Trump, dapat pula disimpulkan bahwa kedua tokoh pimpinan negara dan bangsa yang sedang asyik berseteru itu sebenarnya lebih mendambakan perdamaian ketimbang peperangan.
Kedua tokoh pimpinan tersebut sama-sama mendambakan perdamaian bukan hanya untuk kepentingan Korea Utara atau Amerika Serikat namun untuk kepentingan segenap umat manusia di planet bumi masa kini dan masa depan.
Apabila pecah perang antara Korut dan AS yang rawan berkembang menjadi Perang Dunia III maka yang paling dirugikan adalah umat manusia dan yang paling diuntungkan adalah industri senjata yang omset pemasarannya langsung meningkat apabila pecah perang.
NobelMaka kini nasib umat manusia di planet bumi berada di tangan Kim dan Trump. Apabila kedua beliau akhirnya benar-benar nyata menjalin perdamaian maka merupakan kesempatan bagi panitia anugerah penghargaan Nobel yang telah sempat keliru menganugerahkan penghargaan Nobel kepada Aung San Syu Ki untuk memperbaiki citra kekeliruan.
Apabila Kim dan Trump berhasil membuktikan semangat perdamaian mereka masing-masing dengan berkenan menghentikan angkara murka permusuhan antar mereka berdua, maka sungguh tidak alasan tersisa bagi panitia anugerah penghargaan Nobel untuk tidak mempersembahkan anugerah Nobel untuk perdamaian kepada Kim dan Trump.
[***]Penulis adalah pembelajar geopolitik dunia yang mendambakan perdamaian dunia