Apa saja sih obyek survei yang Anda lakukan itu? Survei yang memaparkan situasi potensi toleransi sosial keagamaan di kalangan peremÂpuan muslim dan menyoroti fakÂtor yang berkontribusi terhadap penerimaan terhadap penguatan toleransi di Indonesia.
Hasilnya apa saja? Hasilnya, survei itu menunÂjukan bahwa perempuan lebih banyak mendukung hak kebeÂbasan menjalankan ajaran agama atau kepercayaan dibanding laki-laki. Sebanyak 80,8 persen perempuan tidak bersedia menÂjadi radikal, dan sebanyak 80,7 persen perempuan Indonesia mendukung hak kebebasan daÂlam menjalankan ajaran agama dan keyakinan. Sementara untuk laki-laki terdapat 76,7 persen yang tidak bersedia menjadi radikal.
Selain itu survei ini juga mencatat sebanyak 55 persenperempuan yang intoleran. Angka ini lebih sedikit dibandÂing laki-laki sebesar 59,2 persen. Artinya perempuan intoleran lebih sedikit dibandingkan laki-laki. Lalu sebanyak 53 persen perempuan juga memiliki lebih sedikit kelompok yang tidak disukai dibandingkan laki-laki sebesar 60,3 persen.
Itu kan hanya sebagian besar yang tidak bersedia radikal. Kalau yang bersedia radikal bagaimana? Ada 2,3 persen perempuan yang bersedia radikal, dan ada 5,2 persen pria yang berseÂdia radikal. Kemudian ada 0,1 persen perempuan yang pernah ikut serta dalam radikalisme, dan ada 0,4 persen pria yang pernah ikut dalam radikalisme. Yang tidak punya sikap ada 16,7 persen perempuan, dan 17,7 persen laki-laki.
Saat melakukan survei bukankah para responden memiliki pemahaman sendiri-sendiri terkait pengertian radikal. Bagaimana itu meÂnyelaraskannya? Radikalisme' di sini diartikan berdasarkan pengertian yang telah mereka tentukan sendiri. Radikalisme bagi para peneliti di sini mencakup enam indikaÂtor. Pertama, ikut merencanakan atau ikut melakukan razia temÂpat-tempat yang bertentangan dengan Islam seperti diskotek, pelacuran, perjudian. Kedua, berdemonstrasi terhadap kelompok penoda agama. Ketiga, meyakinkan orang lain seperti teman atau saudara agar ikut berjuang menegakkan syariat Islam. Keempat, menyumbang dalam bentuk materi, baik uang atau pun barang untuk organÂisasi penegak syariat. Kelima, melakukan penyerangan terÂhadap rumah ibadah pemeluk agama lain. Keenam, membantu kelompok Islam memprotes pihak penista agama. Kalau sekadar menggerutu, itu bukan radikalisme. Tapi kalau sudah sampai ke perusakan, bentrok fisik, maka itu sudah masuk sebagai radikalisme.
Berdasarkan lima indikator radikalisme tersebut, yang paling banyak apa? Yang paling banyak adalah menyumbang dalam bentuk materi, dan meyakinkan orang lain. Dibanding laki-laki, jumÂlah perempuan yang pernah dan bersedia radikal jauh lebih sedikit, misal dalam keikutserÂtaan demonstrasi, razia, protes, dan penyerangan rumah ibaÂdah. Diketahui ada 27,6 persen perempuan responden yang pernah menyumbang dalam bentuk materi untuk tindakan radikalisme, dan ada 29,1 persen pria yang pernah menyumbang.
Lalu untuk indikator radikaÂlisme lainnya? Terdapat 17,6 persen peremÂpuan yang pernah meyakinkan orang lain ikut memperjuangkan syariat Islam, dan ada 19,8 persÂen pria di aspek ini. Kemudian ada 8,4 persen perempuan yang melakukan demonstrasi terhÂadap kelompok penoda agama, serta ada 15,8 persen pria yang melakukannya. Sebanyak 7,4 persen perempuan pernah ikut razia dan 14,8 persen pria reÂsponden mengaku pernah ikut razia juga. Lalu ada 5,6 persen perempuan membantu kelompok Islam yang memprotes penista Islam, dan 9,5 persen pria memÂbantu hal serupa. Kemudian ada 1,1 persen perempuan responden yang mengaku pernah terlibat penyerangan terhadap rumah ibadah pemeluk agama lain, dan 2,7 persen pria mengaku pernah terlibat hal serupa.
Tadi Anda menyebut soal kelompok yang tidak disukai. Kelompok apa yang palong tidak disukai berdasarkan survei? Kelompok komunis serta kaum lesbian, gay, biseksual,dan transgender (LGBT) adalah kelompok yang paling tidak disukai muslim Indonesia. Yahudi menyusul di urutan ketiga sebagai kelompok yang tak disukai muslimin dan musÂlimah.
Berdasarkan survei Oktober 2017, sepuluh kelompok yang paling tak disukai adalah koÂmunis 21,9 persen, LGBT 17,8 persen, Yahudi 7,1 persen, Kristen 3,0 persen, Ateis 2,5 persen, Syiah 1,2 persen, China 0,7 persen, Wahhabi 0,6 persen, Katolik 0,5 persen, dan Buddha (0,5 persen. Hasil ini menuÂjukan telah terjadi pergeseran dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Memang hasil sebelumnya seperti apa? Pada survei Maret-April 2016, nomor satunya adalah LGBT, kemudian komunis. Pada survei 2016 urutannya adalah LGBT 26,1 persen, komunis 16,7 persen, Yahudi 10,6 persen, Kristen 2,2 persen, Syiah 1,3 persen, China 0,4 persen, Wahhabi 0,5 persen, Katolik 0,4 persen, Buddha 0,4 persen, dan Konghucu 0,1 persen. ***
BERITA TERKAIT: