Teori ini didukung oleh Snouck Hurgronje dan J. Pijnapel, dua ilmuan Belanda yang ahli tentang sejarah Timur Hindia. Teori ini juga didukung oleh sejumlah ilmuan Eropa dan Amerika lainnya, sehingga dalam buÂku-buku sejarah yang ditulis para orientalÂis, hampir sepakat mengatakan Islam baru tiba di negeri ini abad ke-13. Meskipun para penulis sejarah lokal seperti Prof. Dr. HamÂka, berusaha membantah teori ini dengan mengatakan Islam masuk di Indonesia seÂmenjak abad pertama atau kedua Hijriyah atau sekitar abad ke-7 Masehi, tetapi tidak cukup didengar karena kurangnya bukti seÂjarah secara formal yang bisa mendukungÂnya.
Teori kedua ini mengemukakan beberapa bukti, di antaranya ditemukannya batu nisan Sultan Samudera Pasai Malik al-Saleh taÂhun 1297. Tanda-tanda fisik batu nisan ini dihubungkan dengan corak khas batu nisan pekuburan Islam Gujarat-India. Jika saja nanti pada satu saat ada batu nisan lain lebih tua, maka teori ini bisa saja berubah. Sejumlah wilayah di kepulauan Indonesia mengklaim sudah menemukan bukti-bukÂti dan jejak-jejak penganut agama Islam di wilayahnya lebih awal dari teori Gujarat ini, tetapi belum diverifikasi lebih jelas akan bukti-bukti tersebut. Misalnya saja klaim BuÂton dan Fakfak, Papua Barat, tetapi sekali lagi belum bisa dibuktikan secara empiris klaim itu.
Bukti lain yang dikemukakan sejalan denÂgan teori ini ialah corak Islam tasawuf yang berkembang di masa awal abad ini, sama dengan Islam yang berkembang di anak beÂnua India, yaitu Islam yang bercorak sufistik. Pekembangan Islam yang bercorak sufistik memang dominan di abad ke-13 karena abad ini dapat dikatakan abad kemunduran dunia Islam setelah sebelumnya mencapai kejayaan dengan predikat
The Golden Age of Islamic Period. Sebelumnya, dunia Islam berhasil mencengangkan dunia dengan laÂhirnya tokoh-tokoh ilmuan yang luar biasa. Ada sekitar 27 orang ilmuan tersohor lahir di periode
The Golden Age itu, antara lain Jabir ibn Hayyan yang dikenal sebagai
The Father of Chemistry, Al-Khawarismi (
The Father of The Math), Ibn Haitham (
The FaÂther of Modern Optics), Al-Farabi dan Ibn Sina (Neo Platonism), Al-Fazari (
The FaÂther of Modern Astrolabe), Al-Razi (
The FaÂther of Modern Huspital), Al-Biruni pernah mendapatkan gelar di Barat dengan
Word's First Great Experimenter, dan ilmuan tersoÂhor lainnya seperti Ibn Rusyd, dan sejumlah ilmua lainnya.
Islam yang masuk di Indonesia menurut para orientalis, ialah Islam yang sudah munÂdur kualitasnya karena serbuan pasukan Mongol yang menaklukkan pusat-pusat kerÂajaan Islam. Akhirnya dunia Islam berusaÂha menyembunyikan diri atau memberikan pembenaran diri dengan mengedepankan ilmu-ilmu tasawuf, seperti yang dikembangÂkan di India. Islam seperti inilah yang masuk ke Indonesia dalam abad ke-13. Teori ini dikritik sejumlah ilmuan dengan alasan IsÂlam di Gujarat saat itu didominasi oleh Mazhab Hanafi sementara yang berkembang di Indonesia Mazhab Syafi’. Bahkan Gujarat pada saat itu masih dikuasai oleh kerajaan Hindu.