Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Dubes Maroko: Indonesia dan Maroko Sama-sama Penghubung Kawasan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/teguh-santosa-1'>TEGUH SANTOSA</a>
LAPORAN: TEGUH SANTOSA
  • Minggu, 10 Desember 2017, 23:42 WIB
Dubes Maroko: Indonesia dan Maroko Sama-sama Penghubung Kawasan
Dutabesar Kerajaan Maroko Oudia Benabdellah/RMOL
TERLETAK di pojok barat belahan utara benua Afrika, persis pada persimpangan Samudera Atlantik di barat dan Laut Mediterania di utara, Maroko bukan negeri yang asing bagi Indonesia.

Kabar mengenai Indonesia dibawa pengelana Maroko Ibnu Batutah yang berkunjung ke Samudera Pasai di Aceh pada abad ke-14. Selain itu, ada juga pedagang muslim dari Maroko yang kelak menjadi ulama besar dan dikenal dengan julukan Syeikh Maghribi. Dialah Maulana Malik Ibrahim yang hidup di abad ke-16 dan merupakan salah seorang anggota majelis ulama Wali Songo.

Di dalam bahasa Arab, nama resmi kerajaan yang terletak sekitar 12.500 kilometer di sebelah barat-laut Indonesia ini adalah Al Mamlaka al Maġribiyya, yang dalam bahasa Indonesia berarti Kerajaan Barat.

Hubungan kedua negara semakin erat di era dekolonisasi. Allal Fassi, seorang pejuang kemerdekaan Maroko pada masa itu, menghadiri Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di Bandung tahun 1955. Setahun setelah KAA, tepatnya 2 Maret 1956, Prancis yang menjadi protektorat Maroko sejak 1920 pun memilih angkat kaki.

Empat tahun kemudian, di bulan April 1960, Presiden Sukarno mengirimkan Mohammad Nasir Datuk Pamoentjak sebagai dutabesar Indonesia di Rabat, Maroko. Lalu, kurang dari satu bulan setelah itu, Bung Karno pun menginjakkan kakinya di Rabat dan menjadi menjadi kepala negara pertama di dunia yang mengunjungi Maroko setelah Maroko mendapatkan kembali kemerdekaannya.

Kunjungan Bung Karno dan persahabatan kedua negara ditandai dengan penamaan sebuah jalan di pusat kota Rabat dengan menggunakan nama Bung Karno.

Namun, sampai sejauh ini, masih banyak tantangan yang dihadapi kedua negara untuk bisa memaksikan keuntungan dari persahabatan abadi ini.

Kepada Majalah RMOL, Dutabesar Kerajaan Maroko untuk Republik Indonesia, Oudia Benabdellah, menjelaskan berbagai peluang yang bisa dikerjakan bersama oleh kedua negara. Dubes Benabdellah optimistis kedua negara dapat memetik keuntungan maksimal dari hubungan persaudaraan ini.


Setelah satu tahun bertugas sebagai Dutabesar Kerajaan Maroko untuk Republik Indonesia, bagaimana kesan Anda terhadap Indonesia dan juga Jakarta?

Ketika saya ditunjuk oleh Raja Muhammad VI untuk bertugas sebagai dutabesar di Indonesia, saya mendapat instruksi yang sangat jelas agar bekerja keras sehingga hubungan kedua negara yang sudah baik menjadi lebih baik. Setelah itu, semua teman saya mengucapkan selamat karena saya ditugaskan ke Indonesia. Mereka memberi selamat bukan hanya karena negaranya begitu indang, tetapi juga karena masyarakt Indonesia adalah masyarakat yang ramah dan terbuka. Kata mereka, Anda beruntung ditugaskan ke Indonesia.

Lalu saya tiba di Jakarta, dan sungguh kemacetan lalu lintas membuat perjalanan dari bandara ke tempat tinggal menjadi tidak mudah. Saya menghabiskan waktu selama empat jam di perjalanan. Belum lagi, saat itu hujan.

Walaupun begitu, pandangan saya tentang Indonesia tidak berubah. Saya berada di sebuah negeri yang sangat indah, yang rakyatnya ramah dan sopan. Dan apabila Anda menyadari bahwa masyarakat di suatu negara menyambut Anda, Anda akan melupakan hal-hal lainnya. Dan kalau Anda berada pada situasi seperti ini, Anda akan bekerja lagi dan lagi. Karena ini memberi Anda alasan yang kuat. Kita punya banyak hal yang harus kita kerjakan bersama.

Presiden Joko Widodo dalam hampir semua pidatonya selalu mengedepankan soal pentingnya meningkatkan sektor ekonomi dan menciptakan pasar baru. Saya bisa katakan, intinya adalah kemajuan di bidang ekonomi.

Fakta bahwa kedua negara tidak asing satu sama lain tentu merupakan faktor pendukung yang signifikan…

Iya. Sejak lama Indonesia dan Maroko memiliki banyak jalinan kerjasama, terutama di sektor sosial, pendidikan dan keagamaan. Ada pertukaran mahasiswa dan kerjasama antar universitas. Tetapi di sektor ekonomi kita kurang banyak melakukan kerjasama. Sekarang ini kita tetapkan kerjasama di sektor ekonomi sebagai target baru.

Potensi kerjasama ekonomi ini sangat besar. Seperti yang saya katakan kepada Presiden Joko Widodo dan semua pejabat yang saya temui, Indonesia adalah hub di kawasan ini. Indonesia adalah negara penting, termasuk secara ekonomi, di kawasan ini. Untuk memasuki kawasan ini, Indonesia dapat digunakan sebagai pintu gerbang yang baik.

Di sisi lain, Maroko adalah hub bagi Afrika dan kawasan Mediterania, juga Eropa. Maroko tidak hanya sebuah negara dengan 35 juta konsumen. Maroko adalah pintu masuk menuju 500 juta konsumen. Kami juga dapat digunakan untuk memasuki negara-negara berbahasa Prancis di Afrika. Seperti yang Anda tahu, bank nomor satu di seluruh Afrika adalah Bank Maroko, asuransi nomor satu di Afrika adalah asuransi Maroko. Dan ketika Anda memiliki kedua hal ini, Anda memiliki keyakinan dalam berusaha.

Mahasiswa dari negara-negara Afrika menuntut ilmu di Maroko. Mereka adalah dutabesar yang baik untuk Maroko, budaya Maroko, ekonomi Maroko. Ini membuat Maroko menjadi negara yang semakin penting di kawasan.

Bukankah Jakarta juga memiliki hubungan yang istimewa dengan Kasablanka?

Itu benar. Tetapi di sisi lain, kebanyakan warga Jakarta ketika mereka ke Kota Kasablanka Mall tidak tahu bahwa nama mall itu berasal dari perjanjian kota kembar (twinning cities) antara Jakarta dan Kasablanka di era 1990an.

Saya ingin katakan, bahwa ada banyak potensi yang bisa dikerjakan dari twinning cities ini. Dalam pertemuan dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan beberapa waktu lalu saya mendapatkan kesan, dan ini membuat saya sangat senang, karena beliau juga ingin memberikan kehidupan baru pada kerjasama kota kembar ini.

Ada banyak hal yang bisa dilakukan karena kedua kota adalah kota utama di masing-masing negara, sama-sama dinamis, dan memiliki latar budaya yang mirip. Ada banyak asosiasi yang harus dipertemukan, terutama asosiasi profesional, seperti antar dokter, juga tentu saja antar pelaku usaha. Apabila kerjasama oleh kaum profesional ini dikembangkan, rakyat akan mendapatkan manfaat besar.

Bagaimana posisi Maroko di Afrika dan kawasan dewasa ini?

Keputusan kami untuk kembali bergabung dengan Uni Afrika pun memberikan kami power yang sesungguhnya di Afrika. Maroko juga diterima sebagai anggota Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS). Maroko merupakan negara non Afrika Barat pertama yang diterima dalam organisasi ini.

Ini semua membuat Maroko memiliki arti yang semakin penting sebagai partner ekonomi. Jadi, kalau Presiden Joko Widodo berbicara tentang pasar baru di Afrika, inilah yang secara konkret kami miliki.

Sering kali jarak dan bahasa yang berbeda dipandang sebagai kendala dalam membangun kerjasama dengan Maroko. Bagaimana kita menghadapi masalah ini?

Sungguh saya tidak melihat ini sebagai masalah. Saya suka dengan pernyataan Presiden Joko Widodo: bila Vietnam bisa melakukannya, kita juga tentu bisa melakukannya. Bila China bisa berinvestasi di Maroko, bila Korea bisa, bila Jepang bisa berinvestasi di Maroko, karena dia mempunyai keinginan dan kepentingan untuk itu, mengapa Indonesia tidak bisa melakukannya?

Saya yakin banyak pejabat Indonesia saat ini yang mempertimbangkan berbagai peluang itu. Inilah alasan mengapa kita sekarang bekerja untuk mendorong perjanjian-perjanjian kerjasama ekonomi dan perdagangan. Kini kedua negara sedang membicarakan perdagangan produk-produk yang saling melengkapi. Ini masih permulaan, tetapi insya Allah akan berhasil.

Mengenai jarak, begini, hari ini kalau Anda ingin membeli sesuatu, Anda bisa beli dari mana saja. Tinggal klik, Anda dapat yang Anda inginkan. Jarak tidak berarti apapun.

Bisakah Anda jelaskan sedikit tentang produk-produk yang bisa diperdagangkan di antara kedua negara?

Masih dalam tahap pembicaraan, tetapi ini adalah produk-produk unggulan dari Indonesia yang kami butuhkan, begitu juga sebaliknya. Misalnya, Indonesia memproduksi minyak sawit, sementara Maroko tidak memproduksi minyak sawit. Lantas, mengapa ada pajak ketika minyak sawit Indonesia masuk ke Maroko. Atau, Maroko memproduksi minyak zaitun yang tidak diproduksi Indonesia. Mengapa ada pajak untuk minyak zaitun dari Maroko ketika memasuki Indonesia.

Ada negara-negara yang mengirimkan produknya ke Indonesia, tetapi tidak dikenakan pajak yang tinggi karena memiliki perjanjian yang mengatur tentang hal itu dengan Indonesia. Sementara ketika ada barang Maroko yang ingin masuk ke Indonesia, dikenakan pajak yang tinggi karena tidak ada perjanjian tentang hal itu antara Indonesia dan Maroko.

Akibatnya, sebagai contoh, Maroko membeli minyak sawit Indonesia bukan dari Indonesia, melainkan dari Dubai. Karena dengan Dubai kami punya perjanjian bebas pajak. Tetapi dengan Indonesia kami harus membayar pajak. Ini tidak normal untuk dua negara yang bersaudara, yang produk-produknya saling melengkapi. Kita sedang bekerja untuk menyelesaikan ini.

Dalam satu tahun terakhir kami juga sudah bekerja dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia untuk membangun Dewan Bisnis Indonesia dan Maroko. Di Maroko lembaga ini sudah ada sejak dua tahun lalu. Selain itu juga sudah ada kerjasama antara Kadin di berbagai daerah di Indonesia dengan kamar dagang daerah di Maroko.

Selain sektor ekonomi apakah ada hal lain yang perlu kita perhatikan untuk ditingkatkan?

Saya rasa kita bisa mengembangkan kerjasama di sektor pariwisata. Banyak umat Muslim Indonesia yang saat menjalankan ibadah umrah di Arab Saudi juga mengunjungi negara lain, terutama yang memiliki kaitan dengan perkembangan peradaban Islam. Banyak dari mereka yang memilih ke Spanyol. Mengapa ke Spanyol, sementara kebudayaan Muslim di Spanyol berasal dari Maroko. Sekarang kami rasa semakin banyak operator pariwisata di Indonesia yang memahami hal ini.

Indonesia juga sedang mengembangkan turisme halal. Maroko pun sudah diakui sebagai destinasi turisme halal. Banyak tempat di Maroko, hotel dan situs-situs pariwisata, yang menerapkan konsep turisme halal ini.

Di sektor pariwisata, kami memiliki pengamalan bekerjasama dengan pasar Eropa. Sementara Indonesia memiliki pengalaman bekerjasama dengan pasar Asia. Pengalaman ini saling melengkapi.

Maroko juga dikenal sebagai negara yang memiliki sektor perikanan yang unggul…

Iya, dan kita juga bisa bekerjasama di sektor perikanan. Di kawasan Mediterania dan Samudera Atlantik kami adalah referensi untuk perkembangan sektor perikanan.

Industri perikanan membutuhkan pelabuhan yang memiliki fasilitas penunjang untuk mengawetkan ikan sementara waktu. Kami juga memiliki pelabuhan yang memiliki instalasi cold storage, misalnya di pelabuhan Dakhla. Kami memiliki perjanjian di bidang ini dengan negara-negara Eropa dan juga Jepang, dan tentu saja dengan Afrika. Kami memiliki know how dan teknologi mengenai hal ini. Kami bisa membagikannya dengan Indonesia.

Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Ibu Susi Pudjiastuti, beberapa kali menghancurkan kapal-kapal pencuri ikan yang beroperasi di perairan Indonesia. Kami juga memiliki pengalaman dalam menangani praktik illegal fishing seperti itu. Tidak jarang ada kapal-kapal dari negara lain, termasuk Eropa yang memasuki perairan kami. Jadi kita punya masalah yang sama dalam hal illegal fishing.

Beberapa waktu lalu saya bertemu dengan Ibu Susi. Beliau tertarik mendengarkan pengalaman Maroko dalam menangani illegal fishing. Kami mengundang beliau ke Maroko, beliau berkenan. Tetapi sampai sekarang jadwal beliau belum memungkinkan. Tetapi setidaknya, kita sudah bekerja di sektor itu.

Perusahaan-perusahaan kami saat ini sedang berdiskusi dengan perusahaan-perusahaan di Indonesia, saya belum bisa mengatakan banyak soal ini. Tetapi yang melakukan pembiaraan ini adalah perusahaan-perusahaan besar dari Maroko.

Bisa Anda jelaskan sedikit bagaimana Maroko menangani kasus illegal fishing?

Kami memiliki sistem pengawasan yang ketat, menggunakan teknologi pengawasan melalui radar. Selain itu kami juga membuat berbagai perjanjian kerjasama dengan negara-negara tetangga kami. Misalnya dengan Eropa, kami memberikan kuota kepada mereka. Dengan perjanjian ini, kami katakan kepada mereka, bila ada illegal fishing, perjanjian kerjasama tentang kuota itu akan dibatalkan. Jadi, mereka juga ikut mengontrol dan mengawasi kapal-kapal pencari ikan milik mereka agar tidak beroperasi secara illegal di perairan kami.

Bila ada kapal yang melakukan illegal fishing di perairan Maroko, apakah juga tenggelamkam dengan bom?

Tidak, tidak (ditenggelamkan dengan bom). Kami menghargai cara yang diambil Indonesia. Setiap negara memiliki cara sendiri dalam menghadapi masalah. Kami pun punya cara sendiri.

Bagaimana kerjasama Indonesia dan Maroko di bidang pendidikan sejauh ini?

Ini salah satu kerjasama yang sudah cukup lama dilakukan. Banyak universitas di Maroko yang menjalin kerjasama dengan universitas di Indonesia. Kebanyakan dari kerjasama itu setelah ditandatangani, lalu kita berfoto bersama. Sehari setelahnya kita gembira karena penandatanganan MoU itu diberitakan di korang dan news website. Lalu kita share di Whatsapp. Kemudian, kita lupakan.

Saya kira kita harus melangkah ke tahap berikutnya. Baru-baru ini saya bertemu dengan pengelola sebuah universitas, dan saya katakan, ayo kita lakukan kerjasama ini dengan cara yang berbeda. Di universitas Anda, fokus pada bidang yang terbaik. Sebaliknya, pihak universitas di Maroko juga harus melihat bidang terbaik yang mereka punya. Setelah itu, kerjasama dilakukan untuk bidang-bidang terbaik.

Mahasiswa Indonesia yang ke Maroko adalah dutabesar Indonesia di Maroko. Ketika mereka kembali mereka akan menyampaikan yang terbaik dari Maroko. Begitu juga dengan mahasiswa Maroko yang belajar di Indonesia. Mereka tidak harus hanya bicara tentang syariah. Ada bidang-bidang lain yang bisa menguntungkan kedua negara dan masyarakat.

Apa konkretnya bentuk kerjasama di bidang pendidikan ini?

Setiap tahun kami memberikan 30 beasiswa kepada anak-anak Indonesia untuk kuliah di Maroko.

Kawasan Sahel dan Sub Sahara dikenal sebagai salah satu hot spot terorisme di dunia global. Apakah ada kerjasama khusus di bidang ini?

Kami berkomunikasi dengan Menteri Luar Negeri RI, Ibu Retno Marsudi, dan dapat saya katakan bahwa kami sama-sama puas atas kerjasama yang selama ini dilakukan. Ada kerjasama di level tinggi dan pertukaran ahli di bidang ini dan hasilnya baik.

Kami tahu di Indonesia, Anda bekerja sempurna di bidang itu. Indonesia juga tahu, bahwa Maroko adalah referensi bagi banyak negara di kawasan kami.

Bagaimana dengan kerjasama Maroko dan Indonesia untuk menghadapi ancaman separatisme di masing-masing negara?

Kami tidak punya masalah dengan separatisme. Masalah kami adalah dengan tetangga kami. Masalah kami adalah dengan Aljazair. Mereka (Polisario) bukan separatis. Itu jelas. Mereka diciptakan oleh tetangga kami. Seluruh dunia tahu itu. Terkadang mereka tertarik, saya tidak tahu bagian apa yang menarik mereka, untuk membuat masalah disana-sini.

Mengapa mengatakan bahwa ada masalah seperti itu di Indonesia? Kalau pun ada masalah, tentu masalah ini diciptakan oleh pihak lain.

Selama ini, walaupun negara-negara Eropa dan Barat tahu, tapi mereka mencoba bermain secara diplomatis. Sekarang, setelah mereka melihat apa yang terjadi di Catalonia, mereka mulai bersuara tentang hal ini (menentang separatisme). Mereka sadar, setiap negara memiliki kedaulatan. Setiap negara harus menghormati kedaulatan negara lain. Kalau tidak, ini akan terjadi dimana-mana.

***

Polisario adalah kelompok yang mengklaim Sahara di selatan Maroko sebagai negara yang merdeka. Kelompok ini didirikan dan difasilitasi Aljazair pada tahun 1973, dan bahkan berada di sebuah kamp di wilayah Aljazair di dekat perbatasan dengan Maroko. Di era Perang Dingin, Aljazair dan Blok Timur menggunakan isu Sahara Barat untuk mengurangi pengaruh Blok Barat di kawasan Mediterania dan Afrika Utara. Setelah Perang Dingin berakhir, gagasan ini menjadi kurang populer.

Berbagai pembicaraan damai telah dilakukan oleh PBB. Pada tahun 2007 lalu, PBB memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak yang bertikai untuk menyampaikan proposal damai. Maroko menawarkan konsep otonomi khusus, sementara Polisario tidak menawarkan apapun selain bersikeras untuk mendapatkan wilayah Sahara di selatan Maroko itu. PBB memuji proposal damai yang disampaikan Maroko dan mengatakan bahwa itu adalah jalan keluar yang paling kredibel dan bertanggung jawab.

Kasus ini adalah buah dari kolonialisasi bangsa-bangsa Eropa di Afrika melalui Konferensi Berlin (1884-1885), dimana negara-negara super power Eropa membagi-bagi wilayah di Afrika. Adapun Maroko baru terdampak oleh kolonialisasi Eropa itu pada tahun 1920. Dalam Perjanjian Fez, Prancis dan Spanyol membagi dua Maroko. Wilayah utara menjadi wilayah yang dilindungi Prancis, dan wilayah selatan menjadi koloni Spanyol.

Pada tahun 1956, Prancis meninggalkan wilayah utara Maroko, adapun Spanyol angkat kaki dari Sahara pada 1976. Kepergian Spanyol dimanfaatkan oleh Aljazair untuk mendapatkan keuntungan dari kekosongan kekuasaan di Sahara. Sementara Maroko menggunakan kepergiaan Spanyol itu untuk menyatukan kembali wilayahnya yang sempat dirampas negara lain.

Kini peran politik dan ekonomi Maroko semakin signifikan di kawasan. Maroko telah bergabung lagi dengan Uni Afrika yang sempat ditinggalkannya selama 30 tahun karena Afrika Union (nama lama Uni Afrika) mengakui negara boneka yang dibentuk Aljazair dan Polisario. Di sisi lain, telah semakin banyak negara di Afrika dan belahan lain bumi yang menarik dukungan dari negara boneka itu.
[guh]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA